Tapi sekarang terdengar rumors bahwa kursi wantim akan diduduk oleh mereka-mereka yang berkonflik, jika menjadi mantan ketua umum maka untuk memberi penghormatan kepada mereka ditempatkanlan mereka kedalam wantim atau dewan pertimbangan ini. Sampai disini itu boleh-boleh saja untuk menghormati jasa-jasa mereka selama ini.
Tapi yang tidak boleh adalah, bahwa kewenangan atau kekuasaan Dewan Pertimbangan akan diperluas adanya, seolah jabatannya melebih ketua umum. Lalu mulailah diarahkan kewenangannya agar Wantim seolah Ketua Umum Senior dan Ketua yang sebenarnya terpilih dalam munas hanya menjadi ketua umum yunior. Jadi seperti konsep di Singapura ada perdana menteri tapi ada menteri senior. Atau Wantim seolah menjadi owner partai dan ketua umumnya adalah pekerja partai??
Arah-arah kecurigaan untuk merekayasa wewenang untuk memperluas jawabatan Wantim dengan cara merubah AD/ART partai Golkar mulai tercium? Jangan sampai kerjaan konyol yang merusak partai ini dilakukan oleh oknum-oknum golkar yang tidak bertanggung-jawab.
Dengan skenario misalkan wewenang wantim diperluas salah satunya adalah dapat memecat ketua umum?? Maka jika usulan ini dipaksakan,.bukan tidak mungkin Golkar selesailah sudah dari partai yang demokratis akan menjadi partai diktator.
Semua seakan tergantung oleh ketua Wantim, dan sekaligus ketua wantim dan tim nya akan menjadi owner partai seumur hidup. Dalam artian kalau mereka owner, maka sesukanyalah mereka akan bertindak semaunya seperti dalam suatu perusahaan, semua tergantung dari ownernya.?
Kita bisa menyaksikan masih ada beberapa perilaku elit partai tertentu bertingkah laku bagai seorang owner partai. Betapa tidak sukanya rakyat dengan partai demikian dan pola tingkah seperti ini sudah saatnya dijauhi. Tapi kalau justru ini diamini oleh yang mengaku pengurus saat ini dan mau diperlakukan sebagai budaknya owner partai. Maka cepat atau lambat partai akan hancur??
Akankah Golkar mengalami kondisi ini?? Segeralah bertindak agar menyetop keinginan buruk yang jelas-jelas nyata ancaman ada didepan mata dan tindakan ini hanya memenuhi napsu serakah beberapa oknum partai saja?
Bagaimana cara mendeteksi sinyal atau alarm letak serakahnya??Salah satu contoh marilah kita lihat masa lalu dimana sebuah organisasi besar yang di obok-obok dan kondisinya sampai sekarang terseok-seok tanpa pernah bisa bangkit kembali... Apa itu? ...tebaklah sendiri?
Salam nusantara....
*) Sumber gambar : polanusa.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI