"Ketiga: berusaha datang paling pagi dan tidak boleh terlambat," katanya.
"Tapi waktu itu kamu pernah terlambat dan tidak mau masuk padahal gurunya masih mau bukain gerbang," kataku mengingatkan kalau dia pernah diantar ke sekolah lalu ngotot minta pulang ke rumah lagi.
"Iya, karena aku sudah terlambat banget, tidak ada anak-anak yang di luar lagi. Nanti teman-temanku malah ikut-ikutan terlambat kayak ketua kelasnya. Aku harus jadi contoh, jadinya sekalian saja tidak usah masuk," katanya. "Duileee... bangga banget jadi ketua kelas," kataku dalam hati.
"Tapi kamu jadi ketinggalan pelajaran," kataku lagi.
"Pelajaran sehari doang, kan bisa aku pelajari di rumah daripada aku jadi contoh ketua kelas yang datang terlambat? Hayo mending mana?" lanjutnya.
"Oh.. jadi misinya ada 3?" tanyaku lagi.
"Masih ada. Keempat: ketua kelas harus bisa bawa doa," katanya.
"Doa gimana maksudnya?" tanyaku lagi.
"Jadi setiap pagi sebelum mulai pelajaran harus berdoa dulu. Ada loh temanku yang tidak mau disuruh memimpin doa. Jadinya ketua kelas yang menggantikan," jawabnya.
"Berarti ketua kelas disuruh-suruh dong? Tapi bukannya pemimpin itu harusnya menyuruh, kan bosnya," kataku memancing pendapatnya.
"Ketua kelas itu memimpin supaya kelasnya tertib. Jadi dia harus cari cara supaya bisa tertib," lanjutnya sok bijak.