Mohon tunggu...
Sabarniaty Saragih
Sabarniaty Saragih Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Tampil apa adanya dan selalu berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akulah Si Perawan Tua

12 Agustus 2020   14:58 Diperbarui: 13 Agustus 2020   08:29 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yusuf, Jakarta

"Alhamdulilah sekarang aku resmi bercerai"
Begitu bunyi pesan yang masuk di ponselku.

Dia seorang pria yang taat beragama, tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu, suka menolong teman yang kesusahan. Wajahnya tampan, lahir dari keluarga yang berkecukupan, sopan dan tentunya pintar.

Sebenarnya banyak cewek yang naksir kepadanya tapi entah kenapa selama masa kuliah tidak pernah pacaran. Beberapa kali pernah naksir cewek tapi nasib tidak berpihak kepadanya karena cewek tersebut sudah punya pacar.

STMJ adalah julukan teman-teman kepadanya. Semester Tiga Masih Jomblo, Semester Tujuh Masih Jomblo, Semester Terakhir Masih Jomblo, Sudah Tamat Masih Jomblo.

Akhirnya dia menikah dengan wanita yang dikenalnya dalam sebuah seminar IT. Tidak perlu waktu lama untuk berkenalan untuk segera naik pelaminan, cukup 6 bulan saja. Wanita itu cantik sesuai kriterianya. Pernikahan pun di gelar di sebuah gedung mewah.

Usia pernikahan mereka sudah lebih 10 tahun namun belum juga dikarunia anak. Walaupun begitu mereka tampak bahagia seraya tetap berusaha dalam berbagai program kehamilan.

Dalam rentang hampir 13 tahun usia pernikahan, mereka sudah 2 kali pergi Umroh. Salah satu doa mereka tentunya ingin memiliki anak namun sampai 13 tahun usia pernikahan mereka belum juga ada tanda-tanda akan hadirnya buah hati.

Tepat pada ulangtahun pernikahan yang ke 13 mereka merayakannya dengan berlibur ke Bali. Dia bilang honeymoon dan berharap segera dapat baby.

Petaka datang justru tepat pada momen yang dia sebut honeymoon tadi. Istrinya meminta ijin keluar hotel sebentar untuk mencari sesuatu di minimarket yang tidak jauh dari hotel mereka menginap. Beberapa kali ada panggilan masuk ke ponsel istrinya yang tergeletak di meja. Dia melihat sebuah nama namun tak berniat menjawabnya. Tidak lama kemudian sebuah pesan masuk ke ponsel istrinya dan dia dapat dengan jelas membaca pesan yang tertulis di iPhone yang baru 2 bulan lalu dia hadiahkan kepada istrinya.

"Kangen banget sama kamu sayang, telepon berkali-kali tidak diangkat"

Darahnya mendidih seketika namun dia tidak kehilangan akal sehat. Dia berharap itu hanya pesan iseng. Dia simpan kekacauan ini sampai mereka kembali ke Jakarta esok harinya.

Kembali ke Jakarta akhirnya mereka sepakat bercerai. Istrinya mengakui semua perselingkuhannya dan Yusuf pun ingin berpisah baik-baik.

"Tidak ada kata maaf dalam kasus pengkhianatan", begitu kata Yusuf setelah kuminta dia memikirkan ulang rencana perceraiannya.

Perihal harta gono gini, Yusuf menyerahkan rumah dan mobil untuk istrinya. Yusuf keluar dari rumah dengan membawa baju dan barang pribadinya. Yusuf berbesar hati memberikan rumah dan mobil hasil kerja kerasnya sebagai hadiah untuk mantan istrinya yang telah 13 tahun menemaninya dan rela melepas pekerjaannya untuk fokus memiliki anak.

Mely, Depok

Usia pernikahannya sudah lebih 10 tahun tetapi belum dikarunia anak. Walaupun demikian Mely dan suaminya terlihat bahagia. Mereka aktif dalam pelayanan di gereja. Pasangan selaras, cantik dan ganteng, julukan yang sering dialamatkan kepada mereka. Lagu-lagu rohani yang sangat menyentuh sering terdengar dari suara merdu Mely diiringi petikan gitar suaminya.

Menjelang 12 tahun usia pernikahan mereka, terdengar desas desus keretakan rumah tangga Mely. Kabar burung itu akhirnya menjadi kenyataan. Mereka resmi bercerai setelahserangkaian proses panjang dan berbelit.

Mely bersikukuh ingin bercerai walau suaminya tidak mau. Orang-orang mengira belum adanya anak sebagai pemicunya.

Mely adalah temanku sepelayanan di gereja dalam komunitas pemuda. Parasnya yang cantik dan lakunya yang sopan menjadikan dia idola para pemuda gereja. Sayangnya dia justru melabuhkan hatinya pada orang lain yang bukan satu gereja.

"Aku sudah tidak tahan seperti ini, sampai kapan aku harus membohongi diriku, aku juga berhak bahagia", katanya dengan terisak di suatu sore di kamarku.

"Aku kira cerai bukan jalan keluarnya, masih ada jalan lain"
, kataku.

"Tidak, cukup sudah hampir 12 tahun. Aku tidak sanggup, aku perempuan normal Ni, aku ingin punya suami yang normal, sehat bahkan bisa memiliki anak", lanjutnya.

"Iya aku tahu, kan ada banyak cara untuk punya anak. Bayi tabung bisa. Kalian punya cukup uang untuk itu"
,kataku.

"Bukan itu masalahnya. Apa kau sanggup hidup dengan laki-laki tidak normal? Dia homo Ni, homo", tangisnya makin pecah.

"Awalnya aku kira dia hanya kecapekan ketika kuberi kode untuk berhubungan tapi lama-lama aku merasa ada yang salah. Apa menurutmu aku kurang cantik sampai-sampai ketika aku telanjangpun laki-laki tidak tertarik? Aku masih perawan, aku jamin aku masih perawan", lanjutnya lagi.

Jantungku berdetak tak beraturan mendengar pengakuannya. Kucubit pipiku untuk meyakinkan ini nyata atau mimpi. Benar-benar aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya memeluknya.

Zahra, Surabaya

Zahra gadis berkerudung dengan wajah manis, berpenampilan modis dengan  jilbab dan gamis yang selalu harmonis. Aku mengenalnya ketika dia menjadi anak baru di sekolahku sewaktu kelas 2 SMA. Berasal dari Surabaya yang pindah ke Medan mengikuti bapaknya yang bekerja di Bank Indonesia.

Pertemanan kami semakin akrab ketika kami sama-sama kuliah di Jakarta walaupun berbeda kampus.

Zahra menikah dengan seorang pria tanpa pacaran. Dari dulu dia memang ingin ta'aruf. Setelah menikah dia ikut suaminya tinggal di Semarang.

Sejak menikah dia praktis menghabiskan waktunya di rumah. Dia memiliki 4 orang anak yang semuanya laki-laki.  Suaminya yang bekerja di instansi pemerintah sering dinas ke luar kota. Walaupun repot tapi kelihatannya dia sangat menikmati perannya sebagai ibu.

Lama tak mengobrol, suatu kali aku melihat status whatsaap nya kalau dia pindah rumah. Tanpa pikir panjang aku memberi ucapan selamat atas rumah barunya. Setelahnya kami mengobrol berjam-jam lamanya.

"Aku sekarang tak bersuami, jadi mau ijin ke siapa? Paling ke anak-anak"
, katanya.

"Hah? Maksudnya gimana? Suamimu sedang dinas ke luar kota?", kataku ragu.

"Bukan, aku sudah cerai"
, katanya.

"Serius? Bukannya kau hamil anak ke 5 sekarang? Aku jadi bingung", kataku yang memang bingung.

"Panjang deh ceritanya, kapan-kapan aku ceritakan. Intinya seperti yang kubilang tadi", jelasnya singkat.

"Oh, tapi anak yang dikandunganmu itu gimana?", tanyaku.

"Tidak masalah, dia diakui anak oleh mantan suami", jawabnya singkat.

"Duh turut bersimpati ya. Semoga sehat dan lancar sampai persalinan. Anak-anak tanggapannya gimana?", lanjutku.

"Alhamdulilah mereka mengerti", jawabnya.

Christy, Palembang

"Halo Tante apa kabar?"
, suara keponakanku yang paling tua diujung telepon.

"Halo Kakak", jawabku. Karena keponakan tertua kami lebih sering memanggilnya Kakak.

"Senang banget nih suaranya, pasti kabar baik", kataku.

"Iya dong, makanya aku tidak sabar ngasitau Tante",lanjutnya.

"Naik jabatan? Dapat kerjaan baru atau apa nih?", kataku mencoba menebak.

"Bukan, aku mau nikah hihihi..."
, ucapnya senang tapi malu-malu.

"Wahhhh... Wah...wah...Tante keduluan lagi. Tapi Tante senang kok. Papa Mama sudah tahu kan?", tanyaku.

"Sudah kok. Ini sudah mulai persiapannya, nanti Tante pasti dikabari Mama. Masih 3 bulan lagi. Minggu depan aku mau ke Jakarta, dinas. Aku sekalian kenalin dia ke Tante ya", katanya.

"Oke, Tante sudah tidak sabar pengen kenalan sama calon menantu. Pasti cakep nih"
, kataku dengan riang.

"Hehe...cakep lumayanlah. Aku suka dia karena orangnya bersikap dewasa, ngemong banget sama aku. Tapi...",katanya ragu.

"Tapi apa? Kamu tidak hamil duluan kan?"
, tanyaku to the point.

"Ihhh enggaklah. Tapi dia duda"
, jawabnya dengan nada rendah.

"Papa Mama tahukan statusnya?", kataku memastikan. Sedikit tidak rela sebenarnya jika keponakanku yang cantik dan punya karir bagus harus berjodoh dengan duda. Tapi apa daya kalau itu sudah pilihannya.

Aku, Dearni, Bogor

November tahun ini usiaku genap 48 tahun. Belum menikah dan sudah lama menjomblo.

Siang tadi aku bertemu keponakanku Christy dan calon suaminya. Aku tak menampik kalau calon suaminya terlihat berkharisma. Mungkin itu juga yang dirasakan Christy. Tapi aku masih terganggu dengan status dudanya. Tidak banyak yang kami bicarakan tadi, hanya sedikit tentang rencana pernikahan mereka.

Mamanya Christy, kakakku bercerita kalau calon menantu kami adalah duda beranak 5 tapi semua anaknya tinggal bersama istrinya. Dia dan mantan istrinya sudah sering bertengkar dari dulu, dan istrinya yang minta bercerai. Mantan istrinya kembali ke rumah orangtuanya di Surabaya.

Zahra, tinggal di Surabaya, bercerai dan memiliki 5 orang anak. Mengaku lari dari rumah dalam keadaan hamil karena tidak kuat lagi dengan perselingkuhan suaminya.

Christy, diijinkan menikah dengan duda hanya karena keluarga takut dia akan menjadi perawan tua seperti tantenya, Aku.

Yusuf, lelaki yang dikhianati istrinya pernah mencuri hati si Perawan Tua. Walaupun mereka merasa ada kecocokan tapi mereka terbentur perbedaan agama hingga mereka harus cukup puas dalam status persahabatan.

"Ni, kalau kau tidak percaya mantan suamiku homo, aku kirim foto pasangan homonya"
, begitu bunyi WhatsApp Mely. Tidak lama kemudian aku menerima sebuah foto.

Andre. Aku zoom foto yang baru dikirim Mely. Benarkah ini Andre? Tidak mungkin, tidak mungkin Andre seorang homo. Andre pernah 5 tahun mengisi hari-hariku. Dan dialah yang membuatku belum move on sampai saat ini padahal sudah berpuluh tahun.

Saat itu hubungan kami sudah serius, atau setidaknya aku sudah menganggapnya serius. Aku masih menjaga nasehat orangtuaku yang menganggap keperawanan adalah hal penting dalam memulai sebuah pernikahan. Sebenarnya berkali-kali Andre mengajakku berhubungan badan tapi aku ingat nasehat orangtuaku dan aku selalu menolak ajakan Andre. Hingga suatu kali Andre marah karena kutolak. Dan sejak saat itu kami putus.

Kabar terakhir yang kudengar Andre belum juga menikah. Dan sekarang aku terkejut mendengar kabar dari Mely. Andre homo? Sejak kapan? Bukankah ketika denganku dia malah sering mengancamku untuk berhubungan badan hingga akhirnya dia memutuskanku? Aku tidak habis pikir.

Otakku penuh dengan semua bayangan mereka. Mereka yang hatinya terkoyak dan juga yang sedang bahagia. Lantas aku harus bagaimana? Sepertinya aku harus cukup puas dengan statusku sekarang, Akulah Dearni si Perawan Tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun