Berbeda dari cita-cita sebelumnya, kali ini dia bercita-cita jadi astronot. Dia terinspirasi dari buku ilmu pengetahuan yang dibacanya dan beberapa majalah Mombi.
"Ma, aku mau jadi astronot. Aku ingin pergi ke luar angkasa, ingin lihat luar angkasa. Aku ingin tahu kok Tuhan bisa menciptakan luar angkasa sekeren itu", katanya suatu kali.
"Tau darimana kalau luar angkasa itu keren?", tanyaku.
"Aku lihat di buku ini loh Ma. Aku jadi tertarik mau kesana", lanjutnya.
"Oh berarti kamu harus rajin belajar. Tidak boleh malas, harus belajar matematika", kataku.
"Memangnya astronot harus pintar matematika?", tanyanya. Mungkin dia kuatir karena dia tidak pernah suka pelajaran berhitung. Ketika diajari berhitung selalu beralasan otaknya capek. Katanya kalau berhitung bisa memakai kalkulator karena kalkulator diciptakan untuk membantu manusia.
**Saat dia kelas 2 SD
Keinginan terkuatnya adalah keluar angkasa. Merasa susah jadi astronot karena harus belajar matematika, dia mencari jalan lain agar bisa ke luar angkasa. Dia pernah membaca artikel di majalah Mombi. Di majalah itu dikatakan bahwasanya mulai tahun 2020 akan dibuka wisata luar angkasa. Tentunya wisata ini dibandrol dengan harga mahal. Dia seperti mendapat angin segar.
"Ma, kalau nanti aku tidak bisa jadi astronot, aku mau jadi orang kaya saja",katanya.
"Lho kok berubah?",tanyaku.
"Iya, aku tidak mau belajar matematika. Katanya kalau mau jadi astronot harus pintar matematika. Jadi aku pikir kalau aku tidak bisa jadi astronot, aku mau jadi orang kaya saja. Sekarang sudah ada wisata luar angkasa tapi harganya mahal, cuma orang kaya yang bisa bayar", katanya.
"Tahu darimana ada wisata luar angkasa?", tanyaku karena kupikir dia cuma mengada-ada.