Mohon tunggu...
Sabarniaty Saragih
Sabarniaty Saragih Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Tampil apa adanya dan selalu berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Ma, Aku Takut Mati"

8 Agustus 2020   18:32 Diperbarui: 8 Agustus 2020   18:22 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Ma, aku takut mati", tangisnya sore itu.

Badannya demam dan aku menemaninya istrahat di kamar.
Aku mencoba pura-pura tidur dengan harapan dia bisa segera tidur karena dari tadi dia tampak gelisah, hanya membolak balik badannya.

"Adek kenapa?", kataku ketika kudengar dia sesengukan.

"Di mana yang sakit?",lanjutku sambil memegang dahinya. Kuatir panasnya makin tinggi.

Dia menggeleng tapi tangisnya makin pecah.
"Trus kenapa kok tiba-tiba nangis? Benar tidak ada yang sakit?", kataku memastikan.

"Enggak ada", jawabnya singkat.

"Lalu kenapa Adek menangis?", kataku mengulangi pertanyaan yang sama.

Tangisnya makin kencang sambil berkata, "Ma, Aku takut mati. Aku takut kalau mati tidak bisa bergerak, tidak bisa membuka mata makanya aku tidak mau tidur"

Aku menghela nafas panjang. Kemudian aku mulai menjelaskan tentang kematian kepadanya.

"Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh", kataku memulai penjelasan.

"Yang mati itu adalah tubuh kita, daging, jadi kalau sudah mati memang tidak bisa bergerak lagi. Jika kita sudah mati, kita tidak perlu tubuh lagi, yang masuk surga atau neraka bukan tubuh tapi roh", kataku memberi penjelasan.

"Emang benar surga itu ada?", tanyanya lagi.
Sumpah aku tak tahu bagaimana menjawabnya. Lalu kujawab sebisaku saja.

"Kalau Mama sih percaya surga itu ada dan itulah tujuan akhir hidup kita. Mama tahu dari agama yang kita yakini", jawabku.

"Trus kalau mau ke surga harus mati dulu? Tidak ada jalan lain? Soalnya aku takut mati. Aku takut kalau aku tidur tidak bisa buka mata lagi", lanjutnya lagi.

Alamak aku makin bingung  menjawabnya. "Gini deh, Adek percaya ada Tuhan atau enggak?, tanyaku.

"Percaya", jawabnya.

"Kenapa Adek percaya ada Tuhan?", tanyaku lagi.

"Hatiku bilang seperti itu",jawabnya.

"Kalau kamu percaya ada Tuhan, itu artinya kamu juga percaya ada surga dan neraka. Kematian membuatmu ketemu Tuhan dan tinggal di surga", kataku menjelaskan. Entah dia paham atau tidak.

"Trus gimana membuktikan kalau surga itu emang ada?", tanyanya lagi.

Waduh ini namanya celaka 13 haha... Jujur pertanyaannya makin susah. Aku berpikir harus memberi jawaban yang tidak menimbulkan pertanyaan lanjutan. Bukannya aku tidak suka jika dia bertanya tapi kadang susah untuk memberi jawab dalam bahasa yang bisa dimengerti anak usia 8 tahun apalagi berbicara tentang Tuhan.

Akhirnya aku menyerah dengan berkata begini kepadanya "Dek, ada banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh pikiran manusia. Karena itu jika kamu tidak paham, bahkan Mamapun sering tidak paham maka yang kita lakukan adalah berdoa. Kamu berdoa dan roh yang ada di dalam kamu akan menuntunmu. Pertanyaanmu tadi simpan dulu, kamu pelajari sendiri sampai kamu menemukan jawabannya"

"Berarti Mama juga tidak tahu?", tanyanya. Lalu aku mengangguk.

"Kalau gitu nanti aku mau cari tahu, kalau sudah tahu pasti aku kasitahu Mama juga. Nanti aku berdoa dulu seperti yang Mama bilang", katanya.

"Baik, Mama tunggu jawaban dari kamu ya. Mama juga sudah tidak sabar", ucapku memberi semangat.

"Tapi Mama bersihin kupingku dulu, sepertinya banyak kotoran. Takutnya ketika Tuhan ngomong aku enggak dengar", sambungnya lagi.

Dududu... entahlah harus tersenyum atau bagaimana melihat si Anak Tengah ini.

BojongKulur, 4 Agustus 20

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun