Dear all,
Untuk kalian yang membaca surat terbuka dan sudah tau kalau kalau surat terbuka adalah cara yang kekinian untuk menyampaikan opini melalui orang yang mungkin tidak bisa disampaikan secara langsung, namun akan bisa sampai jika dibantu oleh media dan kawan-kawan semua agar dapat sampai ke tujuan yang saya maksud.
Awalnya saya akan menyampaikan terimakasih atas bantuannya. Karena saya merasa resah atas kehadiran Rohingya di Tanah Air tercinta kita ini, Indonesia.
Dear saudara-saudaraku yang ada di Aceh.
Apa kabar kalian yang jauh di ujung barat Indonesia sana? Saya berharap kalian baik-baik saja, bahagia dan selalu diberkati. Salam hormat dari saya saudara kalian, Arni Girsang dari Bogor.
Saya bahagia karena bersaudara dengan kalian. Saya merasakan sakit ketika kalian mengalami bencana dengan terjangan tsunami tahun 2005 silam. Walaupun saya berbeda suku dan lokasi dengan kalian. Derita kalian adalah derita saya juga, sebagai saudara.
Tapi saya agak kecewa ketika tahu kalian menampung pengungsi-pengungsi Rohingya yang dari negaranya sendiri diusir. Kalian bukan mengembalikan mereka kembali ke negara mereka, tapi kalian merawat dan memfasilitasi mereka layaknya saudara sendiri. Okeh, kita semua bersaudara. Tapi saya merasa “asing” saat kalian lebih peduli dengan Rohingya dibandingkan dengan saudara kita di Papua yang juga ditindas oleh Pemerintahnya. Apa bedanya Rohingya dengan Papua?
Saya mendengar berita jika pengungsi Rohingya diusir dari negaranya. Mereka terombang-ambing dilautan lepas, nasib mereka tergantung siapa yang dengan murah hati. Malaysia sudah memutuskan tidak akan menerima mereka. Berita yang sangat mengejutkan, Masyarakat Aceh menerima Pengungsi Rohingya di Tanah Rencong. Wow...!! sangat bermurah hati sekali saudara-saudaraku di Aceh.
Berita tidak hanya berhenti sampai disitu, sudah mulai ada aksi penggalangan dana dan kemudian masyarakat Aceh akan “menyekolahkan” anak-anak Pengungsi Rohingya. Hatiku mulai sedih. Aku sangat jarang mengikuti perkembangan berita apapun di Aceh. Tapi untuk berita ini, sudah menjadi berita Nasional bahkan International. Berita ini sedikit membuatku sedih dan kecewa.
Saya mulai berfikir, masih banyak anak-anak Indonesia yang membutuhkan pendidikan. Banyak dari mereka yang putus sekolah karena tidak punya dana. Jika mereka dibantu oleh masyarakat Aceh, mereka pasti akan senang. Mereka akan bahagia. Apalagi karena kita saudara. Ada juga saudara kita diujung Timur sana yang butuh bantuan. Mereka tertindas oleh negaranya sendiri. Jika masyarakat Aceh turut serta membantu, mereka juga akan bahagia. Saudara kita yang di Sinabung juga tidak bisa kita lupakan. Setahun lebih mereka tidak diperhatikan pemerintah, bahkan saat sudah menelan korban. Bantuan masyarakat Aceh yang dermawan akan sangat dibutuhkan disini.
Saya bukan menganggap Pengungsi Rohingya saudara. Tapi mereka saudara “jauh”. Kembalikan mereka kembali kepada negaranya dan menentukan nasibnya. Mari kita bahu membahu membantu saudara “dekat” kita. Satu merasa kesakitan, semua merasakannya. Kami butuh kedermawanan masyarakat Aceh, dalam bentuk apapun. Karena dari Sabang sampai Merauke, kita adalah saudara. Saudara se-Bangsa dan se-Tanah air.
Dear Pengungsi Rohingya,
Mungkin kalian tidak akan membaca suratku ini karena kalian tidak tahu artinya. Bisa saja kalian memberikan kepada orang lain dan menerjemahkannya, ataupun kalian tidak usah repot-repot untuk mengetahui isi surat ini karena sudah menikmati kedermawanan saudara kami di Aceh.
Satu pesan saya kepada Pengungsi Rohingya, kembali lah ke negara kalian di Myanmar. Selesaikan masalah kalian secara baik-baik. Jika kalian tidak mampu, libatkan PBB atau pemimpin negara di dunia. Jangan menyusahkan banyak orang dengan menjadi sorotan dunia, tapi kalian tidak berbuat apa-apa.
Saya percaya, tak akan ada asap kalau tidak ada api. Tidak akan ada persoalan jika tidak ada masalah awalnya. Ini soal agama? Ayolah... ini sudah abad 21 sob. Bukan saatnya mempermasalahkan soal agama. Ini hanya soal moral dan kebiasaan kita. Jangan bawa isu agama menjadi sorotan dunia sehingga kalian Pengungsi Rohingya merasa tertindas. Kalian bukan saja merepotkan negara kami yang memang sangat sensitif kalau bahas soal agama, kalian sudah sangat merepotkan dunia.
Harapanku, kalian bisa segera kembali ke negara kalian dan bisa berdamai dengan pemimpin kalian. Kalian bisa hidup damai berdampingan terhadap sesama di lingkungan kalian.
Terimakasih atas perhatiannya,
Salam Kasih
Arni Girsang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H