Mohon tunggu...
Arniana Anwar
Arniana Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Doktoral ILMU PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN IPB

Saat ini tengah menempuh program doktoral di IPB University, dengan fokus pada Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menelisik Jejak Xanthostemon Novaguineensis dari Papua yang Terancam Punah

14 September 2024   20:10 Diperbarui: 14 September 2024   20:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selayang pandang Pulau Papua

Pulau Papua merupakan pulau bagian timur Indonesia yang memiliki luasan sekitar 786.000 kilometer persegi. Luasan ini membawa Pulau Papua menjadi pulau terluas nomor 1 di Indonesia. Tidak hanya itu, dengan luasan tersebut Pulau Papua menjadi pulau dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. 

Dalam majalah Nature yang diterbitkan pada tahun 2020 disebutkan bahwa setidaknya terdapat 13.634 spesies tumbuhan yang mendiami Pulau Papua. Bahkan jika dibandingkan dengan Madagaskar yang dikenal dengan keberlimpahan flora endemiknya pun kalah 2.000 kali lipat. Tingkat keragaman ini diikuti dengan tingkat endemisitas yang tinggi yaitu sebesar 68%. 

Sungguh hal ini seharusnya menjadi kebanggaan bagi Indonesia sekaligus menjadi tantangan yang sangat besar bagi para ahli botani dan pihak terkait untuk mempertahankan keanekaragaman yang tak ternilai harganya ini.


Sowang (Xanthostemon novaguineensis)

Sowang (Xanthostemon novaguineensis) adalah salah satu jenis Xanthostemon yang diketahui hidup di Indonesia dan pertama kali dikoleksi oleh Valeton pada tahun 1907. Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga Myrtaceae atau jambu-jambuan yang memiliki karakter khusus berupa daun kasar dan kelenjar minyak. 

Pohon ini biasanya ditemukan di hutan hujan tropis dataran rendah. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tanaman ini hanya dapat ditemukan di Papua khususnya di sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloop Jayapura. Kayu Sowang termasuk jenis kayu yang sangat keras dan padat. 

Hal ini menjadikannya ideal untuk aplikasi yang membutuhkan ketahanan tinggi, seperti konstruksi bangunan, jembatan, atau peralatan berat. Kayu ini memiliki berat jenis yang tinggi, sehingga cenderung lebih berat dibandingkan kayu dari spesies lain. 

Selain itu, kayunya dikenal tahan terhadap serangan hama seperti rayap dan serangga kayu, sehingga sangat cocok digunakan dalam kondisi tropis dan lembap menjadikannya pilihan yang baik untuk penggunaan luar ruangan atau di lingkungan yang memiliki tingkat curah hujan tinggi.

Memberi Kebermanfaatan namun Mengancam Keberlangsungan Hidupnya

Kulitas kayu yang mumpuni dari tumbuhan Sowang membuat jenis ini digemari masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Masyarakat di Teluk Youtefa, Danau Sentani, dan sebagian pesisir utara Pegunungan Cycloop biasanya mendirikan perkampungan di daerah pasang surut. 

Karena tradisi ini sehingga kayu sowang juga banyak digunakan sebagai tiang penyangga rumah dan untuk tujuan konstruksi lainnya. Kayu ini dianggap sangat awet, terutama dalam kondisi tropis yang lembap, menjadikannya material yang ideal untuk bangunan yang membutuhkan kekuatan dan ketahanan jangka panjang terutama untuk masyarakat yang bermukim di daerah pasang surut.

Selain itu, seiring dengan perkembangan ekonomi dan meningkatnya permintaan untuk bahan bakar alternatif, arang kayu sowang telah menjadi komoditas yang populer, khususnya dalam bisnis rumah makan yang berkembang pesat di Kota dan Kabupaten Jayapura. 

Arang kayu sowang dianggap unggul dalam hal kualitas pembakaran, menghasilkan panas tinggi dan stabil yang ideal untuk memasak juga menghasilkan sedikit asap. Hal ini telah mendorong eksploitasi berlebihan terhadap pohon sowang di habitat alaminya.


Apakah akan berlanjut atau “udahan”?

Kepunahan suatu spesies dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Dampaknya akan terlihat semacam efek domino dimana ketika satu spesies hilang, menyebabkan kepunahan atau penurunan spesies lain yang bergantung padanya. 

Dengan kata lain, kehilangan satu spesies dampaknya akan besar terhadap kestabilan rantai makanan dan imbasnya kepada kehilangan fungsi ekosistem. Dampaknya tidak hanya akan terjadi untuk lingkungan melainkan juga untuk manusia. 

Sowang diketahui memiliki nilai budaya di tengah-tengah masyarakat Papua. Sowang digunakan masyarakat untuk pembuatan rumah adat dan bahan pembuatan barang-barang tradisional misalnya tali noken, dan juga obat-obatan tradisional. 

Keterancaman suatu spesies pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu perubahan penggunaan lahan yang biasanya dikenal dengan istilah deforestasi dan fragmentasi, eksploitasi jenis yang berlebihan, dan bencana alam. 

Pada kenyataannya masyarakat adat yang bermukim di kawasan Pegunungan Cycloop telah memiliki konsep pengelolaan hutan lestari, namun eksploitasi jenis terus berlangsung yang juga diprakarsai oleh peran serta masyarakat pendatang. 

Diperlukan kolaborasi antar pihak untuk menyelamatkan jenis terancam punah  ini. Jika ini dibiarkan terus berlanjut maka Sowang hanya akan jadi cerita untuk anak cucu kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun