Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deadlock to Heaven

16 September 2017   17:57 Diperbarui: 21 September 2017   22:26 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Selamat malam, Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa seeorang polisi dengan perawakan tinggi, agak kurus. Lelaki itu tampak sibuk memperhatikan gawai pribadi miliknya.

            "Saya menemukan koper berisi uang sebesar 100 miliar di jalan tol Semanggi KM 89," jelas Leo sambil menyerahkan koper itu kepada sang polisi.

            "Oh begitu. Tapi bagaimana Anda bisa tahu nominal uang di dalamnya?" tanya sang polisi agak menginterogasi.

            "Bapak lihat saja di balik koper itu. Di situ sudah tertera nominal dan nama institusi pemilik uang itu," jawab Leo sambil berpaling dari hadapan sang polisi.

            "Boleh saya tahu nama Anda?"

            "Leo Adra Samantha. Saya permisi dulu." Leo bergegas menuju taksi seraya melirik arloji di lengan. Tinggal 10 menit lagi. Syukurlah. Dia masih punya waktu mengucapkan salam perpisahan kepada istri dan anaknya.

            Leo sudah tiba di rumahnya. Sekarang arloji menunjukkan pukul dua dini hari. Sudah cukup dia menempati raga sang supir lalu meninggalkan raga sang supir. Ia memasuki rumah dengan wujud roh. Ia menembus dinding rumah dan langsung menuju kamar anaknya.

            Ia memandang lekat wajah anak laki-laki dan perempuan tengah tertidur pulas dibuai mimpi indah mereka.

            "Maafkan Bapak, Nak. Selama ini Bapak menghidupi kalian dengan uang haram dan sekarang Bapak harus pergi ke akhirat. Mempertanggungjawabkan apa yang telah Bapak perbuat selama di dunia. Tolong jaga ibu kalian ya," pinta Leo terakhir kali sambil mencium kening kedua anaknya.

            Dan sekarang Leo sudah berada di kamar istrinya. Ia menatap wajah ayu nan polos Natasha untuk terakhir kalinya lalu berkata," Maafkan aku, Natasha. Aku belum bisa menjadi suami sekaligus ayah yang baik untukmu dan anak kita. Kau bisa memakai tabungan milikku untuk mengganti kerugian para investor kita. Aku yakin itu cukup.Dan... aku yakin, kau akan bersedih tapi aku percaya kau akan menemukan lelaki baik lebih dariku... Selamat tinggal." Perlahan Leo mulai menjauhi Natasha dengan linangan air mata membasahi pipi.  Tak disangka Kilua sudah muncul di hadapan Leo.

             "Aku sudah selesai dengan urusanku, Kilua. Bawa aku pergi." Dalam satu kedip mata Kilua dan Leo sudah menghilang dari kamar Natasha. Kini yang tersisa hanya kelengangan dan igauan Natasha yang tak rela ditinggalkan Leo untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun