Mohon tunggu...
ARMIKO GERRY AFANDY
ARMIKO GERRY AFANDY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Armiko Gerry Afandy. lahir di Trenggalek, bercita-cita menjadi seorang sastrawan, sastrawan yang menuangkan alam semestanya dalam karya-karya abadi dalam bentuk teks, termasuk ideologi yang dianutnya. Ada banyak orang cerdas yang setinggi langit, tapi selama mereka tidak menulis, mereka akan hilang dalam sejarah. Menulis merupakan salah satu bentuk pengungkapan perasaan yang akan bertahan selamanya, karena tulisan dan politik akan menjadi seni mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin dan memperjuangkan kelas sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manifesto Perdagangan Internasional dan Dampaknya pada Produk Domestik Bruto Indonesia

28 April 2024   10:28 Diperbarui: 28 April 2024   10:29 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Jadi dengan kata lain apabila perdagangan internasional lancar (ekspor-Impor) maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana (Salvatore (2004)  menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Dan Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan. serta Wijono (2005)  menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan Pembangunan.

Diasumsikan bahwa pertumbuhan memanifestasikan dirinya dalam pertumbuhan faktor. Namun, beberapa studi empiris telah mengarah pada kesimpulan bahwa kontribusi kemajuan teknis dalam peningkatan pendapatan atau produk nasional jauh lebih signifikan daripada pertumbuhan pasokan tenaga kerja atau akumulasi modal. Efek kemajuan teknis pada proses pertumbuhan dan perdagangan jauh lebih kompleks daripada pertumbuhan faktor.

Di dalam perdagangan internasional besar kecilnya suatu negara tidak diukur secara absolut, tetapi besar kecilnya suatu negara diukur secara relatif terhadap pasar. Artinya walaupun suatu negara dilihat dari aspek wilayah adalah negara kecil (secara absolut), akan tetapi produk negara tersebut menguasai pasar internasional, maka ia layak disebut sebagai negara besar.. Jika produk suatu negara menguasai pasar internasional, maka ia dapat menjadi penentu harga (price maker). Dengan demikian sebuah negara kecil adalah negara yang bertindak sebagai price taker yaitu negara yang tidak mampu mengubah harga pasar suatu produk berapapun jumlah yang diminta atau ditawarkan atas produk terserbut.

                Apa yang akan terjadi terhadap volume perdagangan suatu negara akan ditentukan oleh seberapa banyak output negara itu dapat diekspor dan sejauh mana perubahan pada pola konsumsinya setelah pendapatan nasionalnya bertambah berkat adanya pertumbuhan ekonomi, dan terselenggaranya hubungan perdagangan. Jika output di negara pengekspor meningkat secara proporsional sehingga melebihi kenaikan output yang biasanya diimpornya berdasarkan harga-harga komoditi relatif yang konstan, maka pertumbuhan itu cendrung menaikkan volume perdagangan antar negara ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Inilah yang disebut  sebagai pertumbuhan pro-perdagangan (protrade growth). Namun sebaliknya jika pertumbuhan itu justru menurunkan volume perdagangan, maka pertumbuhan output tersebut lazim disebut sebagai pertumbuhan anti perdagangan (antitrade growth).

 Jika kenaikan output tidak mengubah volume perdagangan, maka pertumbuhan tersebut disebut sebagai pertumbuhan yang bersifat netral terhadap perdagangan (neutral growth). Pertambahan output akan bersifat netral terhadap perdagangan apabila hal itu tidak mengubah volume perdagangan yang sementara berlangsung. Di lain pihak jika konsumsi terhadap barang impor meningkat lebih besar dari pada peningkatan konsumsi terhadap barang yang diekspor berdasarkan harga konstan, maka dampak konsumsi itu cenderung kian memperbesar volume perdagangan (peningkatan konsumsi itu disebut pro perdagangan). Sama halnya dengan pertumbuhan produksi, peningkatan konsumsi tersebut selain dapat bersifat pro perdagangan juga bisa bersifat anti perdagangan atau netral.

                Apabila baik produksi maupun konsumsi bersifat pro perdagangan dengan sendirinya volume perdagangan akan meningkat dalam proporsi yang lebih tinggi dari pada pertambahan output (baik output ekspor maupun impor). Sebaliknya jika produksi dan konsumsi sama-sama anti perdagangan, maka volume perdagangan akan mengalami peningkatan namun dalam proporsi yang lebih rendah di banding peningkatan output, atau bahkan mungkin menurun secara absolut. Jika produksi bersifat pro perdagangan, sedangkan konsumsi bersifat anti perdagangan (atau sebaliknya), maka apa yang terjadi terhadap volume perdagangan akan ditentukan oleh mana yang lebih kuat antara kedua kekuatan tersebut. Dalam prakteknya, aktivitas produksi dan konsumsi jarang menimbulkan dampak yang netral terhadap perdagangan. Jika tidak bersifat pro perdagangan, maka keduanya akan bersifat anti perdagangan. Artinya, proporsi peningkatan perdagangan jarang sekali sama dengan proporsi peningkatan output.

Pertumbuhan dan Perdagangan Bagi Negara Besar

1. Pertumbuhan dan Nilai Tukar Perdagangan Serta Kesejahteraan

                Jika terjadi pertumbuhan di negara besar yang dapat meningkatkan volume perdagangan negara itu berdasarkan harga konstan, maka nilai tukar perdagangannya cenderung merosot. Di sisi lain, seandainya pertumbuhan itu menurunkan volume perdagangan berdasarkan harga konstan, maka nilai tukar perdagangan negara tersebut justru akan membaik. Inilah yang biasa disebut sebagai dampak nilai tukar perdagangan dari pertumbuhan (terms-of-trade effect of growth).

                Dampak akhir dari adanya pertumbuhan terhadap kesejahteraan suatu negara besar akan ditentukan oleh hasil netto dari perpaduan dampak-dampak nilai tukar perdagangan dan dampak kekayaan. Istilah dampak kekayaan (wealth effect) mengacu pada perubahan-perubahan dalam output per tenaga kerja atau per orang yang dikarenakan adanya pertumbuhan faktor produksi. Jika dampak kekayaan itu positif, maka hal tersebut cenderung dapat meningkatkan kesejahteraan negara yang bersangkutan secara keseluruhan. Namun jika dampak kekayaan itu tidak positif, maka tingkat kesejahteraan negara tadi cenderung tidak berubah, atau bahkan mengalami penurunan. Seandainya dampak kekayaan itu positif dan nilai tukar perdagangannya juga menjadi lebih baik berkat adanya pertumbuhan faktor produksi dan terselenggarakannya perdagangan dengan negara lain, maka tingkat kesejahteraan negara tadi bisa dipastikan segera meningkat. Demikian sebaliknya, jika dampak kekayaannya negatif, sedangkan nilai tukar perdagangan justru mengalami penurunan akibat pertumbuhan faktor produksi dan perdagangan. Dalam situasi seperti itu, dengan sendirinya tingkat kesejahteraan di negara itu akan merosot. Kemudian jika dampak kekayaan dan nilai tukar perdagangan saling bertentangan, maka tingkat kesejahteraan negara itu bisa merosot, meningkat atau tetap saja tidak berubah, tergantung pada kekuatan relatif dari kedua hal tersebut.

                Sebagai contoh, jika hanya faktor L yang naik dua kali lipat di negara 1, maka dampak kekayaan yang ditimbulkannya cenderung menurunkan kesejahteraan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar III.4a.   Dalam gambar III.4a diasumsikan bahwa negara 1 adalah sebuah negara besar yang mampu mempengaruhi harga-harga relatif dari berbagai macam komoditi yang diperdagangkannya dengan negara lain (dalam hal ini komoditi X dan Y). Jika pertumbuhan faktor produkksi dan hubungan perdagangan yang sedang berlangsung mengakibatkan merosotnya nilai tukar perdagangan negara 1 dari Px/Py II = Px/Py I = 1 menjadi PC = 0,5, maka titik produksi negara tersebut akan bergeser ke titik C. Pada titik C negara 1 akan memperdagangkan sebanyak 140X untuk memperoleh 170Y dari negara 2, dan berkonsumsi di titik D yang terletak pada kurva IC2. Oleh karena kesejahteraan negara 1 merosot (artinya dampak kekayaannya negatif) ketika ia terlalu lemah untuk mempengaruhi nilai tukar perdagangannya, maka kini dalam kasus negara besar ternyata nilai tukar perdagangannya juga merosot, sehingga penurunan kesejahteraan yang terjadi di negara 1 (sebagai sebuah negara besar) akan semakin parah. Keadaan tersebut tampak pada posisinya di IC2 yang lebih rendah dari kurva indiferen semula yaitu pada IC3.

                Selanjutnya pada gambar III.4b memperlihatkan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh terjadinya kenaikan atau pertumbuhan satu atau semua faktor produksi (yang selanjutnya meningkatkan output), kenaikan volume perdagangan dan kemerosotan nilai tukar terhadap kurva tawar menawar negara tersebut, ketika negara 1 mencoba mempengaruhi nilai tukar perdagangannya sebagaimana adanya.

2. Pertumbuhan , perubahan selera, perdagangan ke 2 negara

a). Pertumbuhan : Dalam hal ini bisa bercermin di negara kita, bahwa tidak semua negara yang mempunyai banyak sumber daya alam mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan-Nya sendiri. Berbiacara mengenai sumber daya alam tentunya Indonesia paling pertama. Walau mempunyai wilayah yang luas dan mampu menghasilkan beras, Sampai saat ini Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, bahkan sampai impor dari negara-negara dengan wilayah yang tak sebanding seperti Thailand misal. Kan ngenes banget.

Negara-negara dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi akan mampu memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak, berkualitas, dan tentunya efisien dibandingkan dengan negara yang lambat akan IPTEK-Nya. Hal demikian bisa terjadi karena pemanfaatan teknologi sangat menghemat biaya produksi dan mampu menghasilkan barang yang lebih banyak. Negara-negara yang teknologinya lebih maju cenderung melakukan spesialisasi dalam memproduksi suatu barang, sedangkan barang yang bukan produk sendiri akan dibeli dari negara lain.

Dalam hal ini kita ambil contoh negara Jepang, seperti yang sudah kita ketahui bahwa negara jepang melakukan spesialisasi dalam produk industri motor dan mobil, dan berusaha mengekspor-Nya ke Indonesia.

b). Selera : terjadinya perbedaan kebudayaan , sistem politik, pandangan hidup, dan tatanan sosial menyebabkan terjadinya selera terhadap berbagai jenis komoditas. Kita ambil contoh, negara Amerika Serikat memproduksi mobil Ford dan Chevrolet, namun Amerika mengimpor mobil Honda dari Jepang. Hal demikian terjadi karena warga Amerika telah menyukai mobil Honda. Dengan adanya era globalisasi ini, menyebabkan dalam perdagangan bebas tidak satu pun yang bisa hidup sendiri. Mereka semua akan membutuhkan kerja sama dengan negara lain, salah satunya yaitu dengan perdagangan internasional.

c). Perdagangan :

Terjalin-Nya persahabatan dan hubungan di antara kedua negara yang bersangkutan serta sangat memungkinkan negara terlibat, dapat menghasilkan barang dan jasa melebihi kebutuhan di dalam negeri. Dalam hal ini tentu meningkatkan ekonomi.

Memungkinkan negara tersebut melakukan spesialisasi terhadap barang-barang, sehingga bisa melakukan jual beli dengan harga yang relatif lebih murah.

Memberikan kesempatan terhadap suatu negara untuk mengimpor barang konsumsi atau barang-barang modal seperti: Bahan baku, peralatan dsb. Tentu dengan kualitas dan harga yang lebih menguntungkan.

Membuka peluang dan kesempatan khususnya bagi negara berkembang untuk mengetahui teknologi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun