Mohon tunggu...
ARMIKO GERRY AFANDY
ARMIKO GERRY AFANDY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Armiko Gerry Afandy. lahir di Trenggalek, bercita-cita menjadi seorang sastrawan, sastrawan yang menuangkan alam semestanya dalam karya-karya abadi dalam bentuk teks, termasuk ideologi yang dianutnya. Ada banyak orang cerdas yang setinggi langit, tapi selama mereka tidak menulis, mereka akan hilang dalam sejarah. Menulis merupakan salah satu bentuk pengungkapan perasaan yang akan bertahan selamanya, karena tulisan dan politik akan menjadi seni mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin dan memperjuangkan kelas sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konsumerisme Brand dan Passion Generasi Masa Kini, Bisakah Membunuh Ideologi Bangsa?

27 April 2024   21:30 Diperbarui: 27 April 2024   21:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam konteks ini gaya hidup konsumerisme menonjol masuk dan mengakibatkan kiblat pada konsep manusia tentang gaya hidup berubah. konsumerisme tampil  seperti hegel yang menawan , tetapi disisi lain mengahsilkan kegelisahan dan kecemasan seperti halnya karl max.  konsumerisme bisa merubah sebuah pemikiran adagium tua Cartesius cogito ergo sum (fikiran saya membuat ada ) menjadikan pandangan consummo ergo sum (passion hidup adalah saya).

Maka dari itu seperti seseorang kaum konsumerisme yang mengandalkan nilai tertentu pada suatu gaya hidup, disisi lain persaingan para peluku industri casualties mengharuskan produsen untuk mencari terobosan dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan konsumerisme. Misalnya dengan menerapkan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan pebisnis adalah dengan cara memaksimalkan penjualanya. Penjualan serta brand memiliki peranan penting dalam dunia bisnis, karena dengan Penjualan serta brand produk yang dihasilkan perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas.

Dapat ditarik kesimpulan konsumerisme adalah upaya menunjukkan identitas diri dalam era post modern. Konsumerisme mengakibatkan kiblat pada konsep manusia tentang gaya hidup berubah. Dalam hal ini hasratlah yang menentukan identitas seseorang, dan bukan oleh ketundukan pada agama atau apapun . Dengan setiap orang yang mempunyai cara dan berpikir dan gaya hidup konsumtif yang mana kita seakan bisa terpenjara dan teralienasi oleh kehidupan dan norma yang kita jungjung sendiri

Jika perusahaan memiliki kemampuan yang handal dalam merumuskan strategi Penjualan serta brand meskipun produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut biasa saja, perusahaan tersebut masih bisa meraup keuntungan. Sebaliknya, walaupun produk yang dihasilkan oleh perusahaan berkualitas, akan tetapi strategi Penjualan serta brand yang dilakukan tidak tepat maka keuntungan yang didapatkan perusahaan pun juga tidak maksimal.

Dalam dunia industri sekarang ini diibaratkan sebagai medan pertempuran bagi produsen yang bergerak dalam komoditi sejenis, oleh sebab itu perlu bagi suatu perusahaan untuk menciptakan strategi Penjualan serta brand yang tepat agar dapat memenangkan peperangan tersebut.  Strategi  iklan dan era konsumerisme merupakan alat fundamental bagi sebuah perusahaan yang dirancang secara khusus guna mencapai tujuan perusahaan dengan meningkatkan keunggulan bersaing yang dapat digunakan untuk melayani pasar sasaran.

Di era ini seperti ada portal yang berkembang agar kita bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Hal tersebut pasti berdampak pada perubahan media iklan, cara memasarkan sesuatu, dan megahnya fitur dunia sosial. Dalam hal ini bisa membuat periklanan dan penjualan dari suatu produk akan lebih lebih mudah. Biasanya kita ditintut untuk bisa beradaptasi dalam realitas yang sureal ini dan masifnya skenario di industri modern ini bisa diatasi dengan strategi pemasaran yakni dengan memanfaatkan periklanan.

Hal ini  sangat penting bagi industri modern karena ini salah satu trik untuk bisa menjangkau sekelompok orang dengan cepat. Pasaar bisa saja sangat kompetitif dan memerlukan pemasaran yang cepat. Industri pakaian, seperti fast fashion, membutuhkan periklanan yang lebih kuat dan pemakaian media yang lebih efisien agar pakaian yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen dengan baik

Strategi iklan dan faktor konsumerisme harus disusun secara efektif dan efisien, yang diawali dengan cara menganalisis kekuatan dan kelemahan dari pesaing. Dengan begitu perusahaan dapat mengetahui peluang yang ada untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Jiika hal tersebut efektif dan efisien, maka perusahaan dapat mengeksplorasi mangsa pasar dan anak anak milenial

Jika ditinjau dari aspek filsafat iklan akan merujuk pada pertanyaan Esther Thorson dan Shelly Rodgers, yang mana dia mengatakan “apakah kegunaan dari iklan dan aspek utilitas seperti apakah yang terkandung di dalamnya?” hal ini secara gamlang bisa dielaskan dengan empat faktor. kesatu, untuk sarana Menpenciptakan sebuah teori teori  dan dogma dogma tentang sebuah brand di dalam cara berfikiran konsumen.  Kedua, untuk tempat melahirkan citra citra yang bisa menarik masyarakat serta pasar sehingga konsumen mempunyai minat untuk membeli. Ketiga, bisa digunakan untuk sarana yang menggaet para konsumerisme untuk menggambil keputusan membeli salah suatu produk sesuai dengan merek yang diiklankan kepada mereka. terakhir, sebagai dogma untuk mengubah perilaku kehidupan para pelanggan misalnya dengan kita meniru  menurunkan berat badan, memperhatikan dan memelihara  suatu bentuk kesehatan dan keindahan gigi.

Dapat ditarik kesimpulan industri sekarang ini diibaratkan sebagai medan pertempuran bagi produsen yang bergerak dalam komoditi sejenis. Strategi iklan dan faktor konsumerisme harus disusun secara efektif dan efisien, yang diawali dengan cara menganalisis kekuatan dan kelemahan dari pesaing agar bisa melahirkan citra citra yang bisa menarik masyarakat serta pasar sehingga konsumen mempunyai minat untuk membeli. Dengan iklan yang merupakan alat fundamental bagi sebuah perusahaan yang dirancang secara khusus guna mencapai tujuan perusahaan dengan meningkatkan keunggulan bersaing yang dapat digunakan untuk melayani pasar sasaran.

Konsumerisme disini adalah mempunyai makna “menggunakan ” atau memakai “”. Dalam hal ini Konsumerisme juga disebut  paham atau asas yang menjadikan individu atau kelompok menjajakan uang mereka secara berlebihan dalam hal proses konsumsi atau pemakaian suatu barang hasil produksi secara tidak seperlunya dan sacara sadar serta berkelanjutan. Sebenarnya dampak  ini akan menjadikan suatu orang pecandu dari suatu produk, dalam hal ini ketergantungan tersebut tidak bisa ataupun susah untuk dihilangkan.

 Sebenarnya sisi konsumtif yang dirasakan akan menjadikan Penyakit didalam otak maupun  jiwa yang tanpa sadar menjangkiti individu dalam kehidupannya. Gaya hidup yang berasumsi barang-barang mewah atau get sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan. Sehingga disini konsumerisme dimaknai sebagai hidup yang boros dan ingim selalu membeli pada pembelian barang-barang brandid.(Suciptaningsih, 2018)

 Di sisi lain  peran dari media, dan budaya barat pop sangat terkait dengan faktor konsumsi. Dengan peran  Media bisa memanipulasi dan menciptakan hal yang gampang trending dan populer dengan cara Memperjual belikan cara orang oranng tertentu mengosumsi barang. Budaya barat yang ada pada era ini merupakan budaya yang terlahir dari cara orang-orang zaman dahulu mengonsumsibarang (mode of consumption) dengan wilayah barat sebagai kiblat lifestyle. dengan Sistem kebutuhan yang belum ditentukan oleh kebutuhan yang nyata tapi  telah diatur dan diciptakan sesuai dengan asumsi setiap orang  mengenai keberadaan barang-barang trend tersebut.

Sistem masyarakat dalam kapitalis sangat cepat berubah mengikuti trend kebutuhan dan sistem fungsi-fungsi. Dalam hal ini hubungan sosial tidak hanya terbentuk atas dasar kebutuhan barang yang di konsumsi, tapi juga suatu keinginan dalam mengonsumsi barang tersebut. Dengan suatu strategi pemasaran yang efektif dan dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan adalah dengan mengacu pada strategi bauran pemasaran (Marketing mix).

Cara pandang orang mengenai life style ( gaya hidup) adalah sesuatu yang difikirkan, diciptakan, dan dimodifikasi sehingga dapat melirik suatu kaum dalam kehidupan manusia, yang menjadi sasaran target terutama masyarakat yang berada di era konsumsi dan budayaisme populer kebarat baratan. Biasanya individu tersebut mengonsumsi barang atau jasa dengan Konsumsi atau penggunaan suatu penggunaan komoditas dalam memenuhi sebuah hasrat untuk menghasilkan kepuasan tersendiri dan sangat boros. Disisi beeerikutnya gaya hidup juga memiliki relasi yang kuat tentang strata sosial ekonomi suatu orang. Sehingga gaya  bisa mempengaruhi gaya hidup dan menciptakan dunia yang hedonisme dengan teknologi globalisasi.

Dari pemaparan yang telah dirangkai dari penelitian terdahulu bisa saja membentuk pola serta cara konsumsi masyarakat hodonisme dan konsumarisme mulai mempermudah mereka dan beralih dari zaman dulu yaitu head to head muka langsung kepada kebiasaan baru yaitu belanja online. Sepertinya ini juga menuntut dan merubah passion baru yang mengarah pada konsumerisme akut. Karena demgan mudahannya  saat bertransaksi tanpa harus menunggu tercukupnya dana.

Secara empiris, contoh dari casualities di era industri brand dan konsumerisme adalah pada saat hari raya idul fitri, yang mana setiap orang pasti ingin belanja meskipun kadang tidak memiliki uang. Karena pada asumsi logos mereka Pada momen ini, seperti  menjelang Lebaran, masyarakat harus dan kadang memaksakan mengunjungi pusat perbelanjaan yang oleh tokoh filsafat Ritzer dijuluki sebagai katedral konsumsi.

Kegiatan berbelanja ini terkadang memakasa dan selalu serentak ada yang niatnya Cuma pamer atau memang menjadi kebutuhan. Dengan para pemiliki modal atau para kapitalis melihat Momen hari raya dibaca sebagai cara peluang meraup laba. Ini bisa dilakukan dengan membangun sebuah toko  dan dikasih embel embel agama untuk menarik konsumen, Hal ini bukan karena agama mewajibkan umatnya berbelanja di hari raya, tetapi karena terdapat ideologi  pasif dalam menanamkan norma tersembunyi yang seolah memaksa setiap moment itu untuk belanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun