Sebenarnya sisi konsumtif yang dirasakan akan menjadikan Penyakit didalam otak maupun  jiwa yang tanpa sadar menjangkiti individu dalam kehidupannya. Gaya hidup yang berasumsi barang-barang mewah atau get sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan. Sehingga disini konsumerisme dimaknai sebagai hidup yang boros dan ingim selalu membeli pada pembelian barang-barang brandid.(Suciptaningsih, 2018)
 Di sisi lain  peran dari media, dan budaya barat pop sangat terkait dengan faktor konsumsi. Dengan peran  Media bisa memanipulasi dan menciptakan hal yang gampang trending dan populer dengan cara Memperjual belikan cara orang oranng tertentu mengosumsi barang. Budaya barat yang ada pada era ini merupakan budaya yang terlahir dari cara orang-orang zaman dahulu mengonsumsibarang (mode of consumption) dengan wilayah barat sebagai kiblat lifestyle. dengan Sistem kebutuhan yang belum ditentukan oleh kebutuhan yang nyata tapi  telah diatur dan diciptakan sesuai dengan asumsi setiap orang  mengenai keberadaan barang-barang trend tersebut.
Sistem masyarakat dalam kapitalis sangat cepat berubah mengikuti trend kebutuhan dan sistem fungsi-fungsi. Dalam hal ini hubungan sosial tidak hanya terbentuk atas dasar kebutuhan barang yang di konsumsi, tapi juga suatu keinginan dalam mengonsumsi barang tersebut. Dengan suatu strategi pemasaran yang efektif dan dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan adalah dengan mengacu pada strategi bauran pemasaran (Marketing mix).
Cara pandang orang mengenai life style ( gaya hidup) adalah sesuatu yang difikirkan, diciptakan, dan dimodifikasi sehingga dapat melirik suatu kaum dalam kehidupan manusia, yang menjadi sasaran target terutama masyarakat yang berada di era konsumsi dan budayaisme populer kebarat baratan. Biasanya individu tersebut mengonsumsi barang atau jasa dengan Konsumsi atau penggunaan suatu penggunaan komoditas dalam memenuhi sebuah hasrat untuk menghasilkan kepuasan tersendiri dan sangat boros. Disisi beeerikutnya gaya hidup juga memiliki relasi yang kuat tentang strata sosial ekonomi suatu orang. Sehingga gaya  bisa mempengaruhi gaya hidup dan menciptakan dunia yang hedonisme dengan teknologi globalisasi.
Dari pemaparan yang telah dirangkai dari penelitian terdahulu bisa saja membentuk pola serta cara konsumsi masyarakat hodonisme dan konsumarisme mulai mempermudah mereka dan beralih dari zaman dulu yaitu head to head muka langsung kepada kebiasaan baru yaitu belanja online. Sepertinya ini juga menuntut dan merubah passion baru yang mengarah pada konsumerisme akut. Karena demgan mudahannya  saat bertransaksi tanpa harus menunggu tercukupnya dana.
Secara empiris, contoh dari casualities di era industri brand dan konsumerisme adalah pada saat hari raya idul fitri, yang mana setiap orang pasti ingin belanja meskipun kadang tidak memiliki uang. Karena pada asumsi logos mereka Pada momen ini, seperti  menjelang Lebaran, masyarakat harus dan kadang memaksakan mengunjungi pusat perbelanjaan yang oleh tokoh filsafat Ritzer dijuluki sebagai katedral konsumsi.
Kegiatan berbelanja ini terkadang memakasa dan selalu serentak ada yang niatnya Cuma pamer atau memang menjadi kebutuhan. Dengan para pemiliki modal atau para kapitalis melihat Momen hari raya dibaca sebagai cara peluang meraup laba. Ini bisa dilakukan dengan membangun sebuah toko  dan dikasih embel embel agama untuk menarik konsumen, Hal ini bukan karena agama mewajibkan umatnya berbelanja di hari raya, tetapi karena terdapat ideologi  pasif dalam menanamkan norma tersembunyi yang seolah memaksa setiap moment itu untuk belanja.