"Pak Ibok, TBC ini berbahaya bisa menular ke anak isteri..."
"Sudahlah dokter, ndak usah lagi cerita TBC. Begini saja, tambahkan lagi obat luka dalamnya..."
Subhanallah...sebuah kesalahan kultur yang belum hilang-hilang, walau sudah 12 tahun mengabdi, memberi penyuluhan, edukasi, bahwa TBC bukan racun, namun sepertinya hasil usaha ini seakan masih menunggu waktu yang masih lama...
"Rabbighfirli 'ilman, warzudni fahman.."Ya Rab, berikan Aku Ilmu dan pemahaman.."
"Berikan Aku jalan dan solusi..." seuntai do'a ku lafazkan dalam hati...
"Baiklah Pak Ibok...tapi obat luka dalamnya harus dimakan selama 6 bulan lebih, secara terus menerus..tidak boleh putus-putus dan kalau berhenti makan obatnya...lukanya akan susah sekali sembuh.."
Kali ini Aku hanya bisa menarik nafas dengan panjang dan berat dengan senyum yang sangat kupaksakan...semoga Pak Ibok mau menerima alasanku dan semoga dengan penjelasan ini beliau bisa tetap makan obat TB...
Kulihat Pak Ibok mengangguk...pertanda beliau setuju...sebuah perjuangan yang mulai membuahkan hasil.
Seuntai Hamdallah kuucapkan, Puji syukur pada Mu Rab, Semuanya atas petunjuk MU..., semoga suatu saat masyarakat ku ini menjadi mafhum terhadap penyakit menular berbahaya ini, dan semoga kasus TBC di daerah ini semakin lama semakin menurun hendaknya...Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H