Manoknop sao hampong (tenggelam seluruh negeri)
Tibo-tibo mawi (secara tiba-tiba)
Anga linon ne mali (Jika gempanya kuat)
uwek suruik sahuli (disusul air yang surut)
Maheya mihawali (segeralah cari)
Fano me singa tenggi (tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede smong kahanne (Itulah smong namanya)
Turiang da nenekta (sejarah nenek moyang kita)
Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)
Pesan dan navi da (pesan dan nasihatnya)
Sebenarnya kita bangsa Indonesia bisa mempopulerkan istilah smong sebagai khasanah kekayaan bahasayang menerangkan kejadian tsunami. Bahkan lebih mendalam lagi, karena makna psikologis smong bukan hanya sekedar tsunami saja namun juga sebagai istilah kearifan dalam upaya kewaspadaan dini terhadap kejadian tsunami berikut antisipasinya terhadap dampak yang dapat ditimbulkannya.