Aksara-aksara ricuh membubung tinggi hitamkan langit Nusantara, melayang bersama awan mendung. Menyulut api amarah hendak melahap ikatan sesama. Meski tetap tersisa, tapi hadirkan sekat-sekat di bilik asa yang telah lama terajut.
Aksara-aksara ricuh memantik kerusuhan koyakkan bingkai perbedaan. Timbul tenggelam di antara celah sinar matahari pagi, memenuhi udara siang ruang negeri. Napas pun dibuat sesak sesekali.
Tak menyerah. Aksara-aksara itu jua menyusup di kaki langit senja, ikut mencicipi sinar lembutnya. Dan ketika senja utuh terbenam, ia tinggalkan aksara bernada kerusuhan dan menusuk ketentraman batin.
Malam hening pun jadi korban. Di atas cakrawala yang dikuasai cahaya temaram, ia tetap mengukir untaian aksara, menyempurna dalam bait-bait yang membelah tali perkawanan.
(Catatan langit, 1/4/2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H