Pertama, dunia intelektual mutlak dibangun dari tradisi membaca. Tanpa membaca, tak ada konsep, tak ada kerangka, tak ada teori dasar berpikir. Namun membaca saja tidak cukup.
Kedua, harus ditindaklanjuti dengan mengubah dunia; yang timpang. Jika hanya berhenti pada yang pertama, hanya melahirkan seorang pengamat, akademisi atau ilmuwan saja.
Kehadiran ilmuwan penting, tetapi hadirnya tak mampu membenahi persoalan nyata di depan mata; ketidakadilan, kesenjangan sosial, kanker korupsi, dominasi asing, dan sebagainya.
Intelektual itu membela dan memperjuangan derita orang banyak, terlibat dalam aksi kemanusiaan; mengubah dunia.
(Catatan langit, 08/03/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H