Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Murka Air

23 Januari 2019   15:42 Diperbarui: 23 Januari 2019   15:53 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan gerimis jatuh di atap
menggendong mesra air kecil
berjalan di atas tubuh mungil negeri
Meski hubungan dilarang
Ia tetap bertemu di lembah sunyi
Berkonspirasi merencanakan kemalangan
padukan kekuatan di tengah jiwa-jiwa yang lalai terlelap

Ketika butir hujan terasa seperti belati,
Deras menusuk jantung
Angin kencang menyergap
Berarti pertunjukan kuasa dimulai
menggulung kuasa lainya

Makin menjadilah murka air
jalannya dihambat

Hutan-hutan digunduli disulap jadi kebun
Selokan mengecil dan pepohonan diganti beton,
menambah dahsyat murkanya
Sekali menyapa tanpa ampun
Semua bisa hanyut terbawa arusnya: banjir

Kita mesti membenahi diri dalam murkanya

(Catatan langit, 23 Januari 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun