“Maaf Bu itu sudah peraturan.”
“Jadi?”
“Maaf Bu tetap tidak bisa.”
Marah Poniyem sudah memecahkan batok kepalanya ia tak sanggup membendungnya. Dilemparkannya kartu BLT ke muka petugas kabupaten. Ia keluar berteriak “Peraturan edaaannn! Petugas semprul ! Gemlung ! Edaaaaan!” Poniyem terus berteriak keluar kantor.
Poniyem memanjat tower di depan kantor kabupaten berteriak ”Hai orang-orang lihat kartu BLT-ku diblokir ha..ha….diblokir ha..ha….”Poniyem tertawa keras. Berikut Poniyem menangis.”Anak-anakku gak jadi beli seragam,gak beli sepatu,gak beli buku.” kemudian tertawa keras kembali! Orang-orang yang melintas,petugas kabupaten berkerumun melihat aksi Poniyem. Kepala kantor kabupaten membujuk Poniyem.“Kartuku jangan diblokir!aku ini orang miskin !” teriak Poniyem terus memanjat hampir ke puncak tower. Berikut Poniyem melepaskan genggamannya ia meloncat mendarat di lantai kantor kabupaten dengan kepala yang hampir pecah.
Poniyem tersenyum bahagia kain kafan membungkus tubuhnya. Lurah, camat,kepala kantor kecamatan,kepala kantor kabupaten,bahkan bupati dan banyak lagi orang melayatnya. Di kampungnya belum ada orang yang meninggal didatangi pejabat,apa lagi sebanyak ini. Mereka membawa amplop menyalami si mbok yang terus menangis. Bahkan sudah tiga baskom hampir penuh dengan uang. Poniyem lega dengan uang itu pasti si mbok dapat membelikan seragam,sepatu,dan buku anak-anak bahkan lebih! Lebih banyak dari BLT yang diterimanya tahun kemarin !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H