Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata "Goblok" dan Pendakwah, Sejauh Apa Urgensinya?

5 Desember 2024   13:55 Diperbarui: 5 Desember 2024   14:08 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pendakwah. Sumber Gambar: Pixabay.com

Belakangan warganet Indonesia heboh akibat perilaku seseorang yang dianggap oleh sebagian orang sebagai pendakwah atau dai, sebut saja namanya BB. Pak BB ini dalam suatu kegiatan menujukan kata "goblok" kepada seorang pria yang bekerja sebagai bakul teh es, sebut saja namanya SH.

Saya sudah melihat video yang dimaksud. Hati saya sakit mendengar dan melihat perlakuan kepada pedagang kecil tersebut.

Kata "goblok" berdasarkan KBBI memiliki arti "bodoh sekali" atau "tuli". Menurut saya pribadi, Pak SH tidak bodoh dan tidak tuli, karena orang yang melakukan pekerjaan halal itu sudah jelas tidak bodoh.

Pertanyaan besarnya adalah: "Bagaimana mungkin seorang pendakwah menghina seseorang di hadapan khalayak?"

Sejujurnya, saya pikir hal itu mungkin saja. Dunia semakin gila, semua dapat terjadi. Tapi ... tunggu ... seorang pendakwah?

Dalam artikel "Inilah Beberapa Sifat yang Harus Kita Punya sebagai Pendakwah" (islamic-center.or.id, 29 April 2016), tercantum sejumlah indikator apakah seseorang layak disebut pendakwah atau tidak.

Pertama, pendakwah hanya mengajak ke jalan Allah subhanahu wa ta'alaa.

Kedua, pendakwah termasuk orang yang melaksanakan amal-amal saleh.

Ketiga, seorang pendakwah berani menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang muslim, dan bangga tentang hal itu.

Keempat, bersikap lemah lembut secara proporsional kepada para mad'u (orang yang kita seru).

Kelima, memiliki sikap sabar, karena kunci sukses berdakwah adalah sabar.

Keenam, mewaspadai godaan dan provokasi setan.

Ketujuh, seorang pendakwah wajib sepenuhnya yakin bahwa Allah subhanahu wa ta'alaa itu mampu mengetahui dan melihat segala perbuatan, bahkan desir-desir kalbu manusia.

Setelah membaca artikel tersebut beberapa kali, maka saya berpandangan bahwa Pak BB bukanlah seorang pendakwah atau dai. Dasar yang paling kuat adalah pada poin keempat, tentang bersikap lemah lembut.

Menujukan kata "goblok, oleh seseorang yang dianggap pendakwah, kepada seorang tulang punggung keluarga yang menafkahi keluarganya dengan halal sangat sulit diterima akal maupun hati nurani.

Jadi, siapa sebenarnya yang bodoh atau goblok ini?

Dalam artikel "Enam Ciri Orang Bodoh" (NU Online Jateng, 03/01/2021), dijelaskan karakter apa saja yang dimiliki orang bodoh dalam perspektif Islam.

Pertama, marah tanpa sebab.

Kedua, berbicara tanpa ada manfaatnya.

Ketiga, memberikan sesuatu tidak pada tempatnya.

Keempat, mengumbar rahasia kepada siapa pun.

Kelima, mudah percaya kepada siapa pun.

Keenam, tidak mampu membedakan mana teman mana musuh.

Dalam pandangan saya sehubungan dengan poin kedua, mengatai seseorang "goblok" di hadapan khalayak termasuk dengan berbicara tanpa ada manfaatnya.

Merendahkan orang lain hanya untuk membuat khalayak tertawa, menurut saya, adalah "goblok" yang sebenarnya.

Benar kata orang, bahwa adab berada di atas ilmu. Ia adalah paket baku yang urutannya tiada bisa diubah. Apabila berubah, maka dapat dipastikan akan terjadi kekacauan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kejadian ini mengajarkan setiap orang yang beragama Islam wajib berhati-hati dalam memilih guru atau panutan. Silakan contoh mereka yang kesehariannya berlandaskan hadis dan Al-Qur'an. Jika tidak, ya begitu itu ... bakal bicara sembarangan panutanmu, cepat atau lambat.

Padahal orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta'alaa salah satu cirinya, menurut saya, adalah orang yang pandai menjaga perkataan.

Dasarnya adalah sabda Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."

Kalian setuju?

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun