Menurut Bang Tomi, sejak kecil ia sudah mengenal soal topik "perhitungan hari baik" yang didapatkan dari guru-gurunya. Kemudian semasa SMP, ia berguru kepada seorang habib di Kota Pontianak.
Dalam periode belajar tersebut, Bang Tomi semakin banyak menemukan tata cara perhitungan ilmu falak.
"Ini (ilmu falak) masuk ke dalam pengetahuan dari ilmu tarekat," ujar Bang Tomi.
Ia menyatakan tujuan dari pengetahuan yang dimaksud agar memahami waktu-waktu yang baik dalam menyampaikan hajat kepada Tuhan YME.
"Setiap manusia tidak sama waktunya. Berbeda," tambah Bang Tomi. Raut wajahnya terlihat bersemangat.
Tahun 2011 adalah waktu di mana ia memutuskan untuk benar-benar mendalami "ilmu perhitungan" yang dimaksud. Namun ia pada masa itu juga kehilangan pedoman dan tujuan dalam hidup, khususnya tentang ketuhanan.
Dalam kebimbangannya, Bang Tomi kemudian melakukan perjalanan selama 100 hari. Ia berniat mendatangi 100 masjid. Faktanya ia tidak ke masjid, melainkan mengikuti arah dari gerombolan rusa hutan yang ditemuinya.
"Setelah itu saya melewati banyak perkampungan yang keberadannya masih diragukan," kata Bang Tomi sembari mengingat banyak hal.
Maksud Bang Tomi adalah ia tidak yakin apakah pemukiman yang ia lewati merupakan kampung yang nyata, atau malah ia sebenarnya telah melewati kampung gaib.
Malang, pada hari ke-96 ia jatuh ke dalam jurang karena medan jalan yang becek akibat hujan. Sepeda motornya tersangkut pada pohon, sementara itu ia jatuh lebih jauh.
Beruntung ia masih hidup. Bang Tomi memperkirakan ia pingsan selama, maksimal, empat hari, dan terbangun ketika hujan.