Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Benang Kusut Dunia Kerja Indonesia dalam Perspektif Seorang Pekerja Guram

9 Oktober 2024   22:05 Diperbarui: 9 Oktober 2024   22:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://commons.wikimedia.org/

Ya, kalau bicara soal ada orang-orang yang tidak cocok dengan pekerjaan tertentu, prestasi buruk, dan sejenisnya, hal itu pasti ada. Maksud saya adalah di dunia nyata, memang banyak pekerja yang melakoni sesuatu yang jauh dari latar belakang pendidikan maupun minatnya.

Bahkan pahit sekali pun tetap akan mereka jalani demi keluarga. Anda akan mengerti hal ini kalau nanti sudah menikah serta berumur tiga puluhan.

Dalam perspektif saya, seorang pekerja, memang dibutuhkan peluang kerja sebanyak-banyaknya. Terserah apa saja. Buruh pabrik, tenaga kebersihan, dan sebagainya.

Namun, pengalaman saya telah menunjukkan bahwa perusahaan menginginkan seseorang terpilih seperti pada film Avatar Aang: The Last Air Bender yang mampu mengendalikan semua elemen di bumi. Sementara itu, dibutuhkan biaya dalam rangka menambah keahlian (peningkatan pendidikan, dan lain-lain). Sayangnya, di permukaan meja makan masyarakat marginal bahkan seiris daging ikan pun sepertinya langka.

Seperti yang saya bilang pada awal paragraf, bicara urusan susah cari kerja atau pengangguran ini benar-benar benang kusut. Lingkaran setan, sebut saja begitu.

Menurut saya, pemerintah harus hadir dalam rangka memutus dan membakar habis lingkaran yang dimaksud. Dalam hal ini para pekerja juga berperan penting dalam menentukan masa depan yang lebih baik.

Lho, bagaimana caranya?

Sebagai pekerja kita harus memilih pemimpin yang memiliki komitmen dan keseriusan dalam pembinaan sumber daya manusia. Tentu saja tidak salah mengembangkan infrastruktur seperti jalan, jembatan, gedung, dan semisalnya.

Bisa dibilang salah itu kalau membangun gedung besar nan mewah yang memakan biaya sangat besar tanpa memperhatikan keprihatinan yang aktual di masyarakat. Misalnya di suatu negara, sebut saja Konoha, hidup seorang kepala keluarga yang sedang kebingungan mencari pekerjaan akibat batas umur dan kurangnya peluang. Nah, kira-kira apa perasaan dan pikiran kepala keluarga tersebut ketika melihat bangunan megah yang didirikan pemerintah Konoha dengan biaya besar tersebut?

Menurut saya, kepala keluarga tersebut akan nelangsa. Dalam pikirannya kemungkinan "uang sebanyak itu bisa memberi makan keluargaku" atau "uang sebanyak itu bisa membantu membayar uang masuk kuliah anakku". Mungkin saja begitu.

Kalau ditanya apa yang dibutuhkan pekerja muda atau berpengalaman sekarang ini, maka jawabannya adalah pemimpin negara dan wakil rakyat yang berani membuat undang-undang tenaga kerja yang pro kepada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun