Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Corak Insang

28 September 2024   15:42 Diperbarui: 28 September 2024   15:44 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay.com

Ini merupakan pertarungan yang terjadi di setiap zaman. Cahaya melawan kegelapan, baik versus jahat, hitam kontra putih. Maka, menurut Datuk Amri, segala bentuk kejahatan harus dilenyapkan sebelum ia menyebar seperti virus.

Datuk Amri mengincar dan mengarahkan tangan kanan ke arah kepala Ruiz Esteban. Suara bising muncul dari baju zirah yang menandakan pemrosesan energi prana yang mengambang di udara untuk diubah menjadi sinar laser sedang terjadi. Ketika masa percobaan dulu, menggunakan armor corak insang, satu tembakan laser bisa menghancurkan pintu mobil jenis truk.

Ruiz Esteban terbahak-bahak, ia tak menyangka senjata terakhir Datuk Amri serupa mainan anak-anak seperti pada film-film barat. Tak mau menghabiskan waktu terlalu lama, dia langsung mengayunkan katana yang ukurannya lumayan panjang ke arah Datuk Amri.

Belum sampai bilah pedang tersebut menyentuh permukaan zirah corak insang, Datuk Amri telah menembakkan sinar laser dari bagian tengah telapak tangan kanannya. Kepala Ruiz Esteban meledak, hancur menjadi potongan daging tipis.

Percikan darahnya ke mana-mana, termasuk mengenai zirah corak insang. Dua bola mata yang tampak masih utuh menggelinding pelan ke arah kaki Datuk Amri.

"The mission has been completed!" ujar Datuk Amri. Suaranya dari dalam baju zirah terdengar berat seperti suara robot.

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun