Mertua saya memelihara satu pohon alpukat yang lumayan sering berbuah. Sayangnya pohon tersebut berada di seberang rumah, tepi jalan, sehingga beberapa orang menganggapnya "milik bersama".
Seperti saya yang suka mengonsumsi buah alpukat, pohon tersebut juga menarik perhatian maling.
Di Kota Pontianak, selain logam bekas, plastik, kawat tembaga, dan sejenisnya, buah alpukat dan mangga termasuk komoditas yang paling laku di pasaran.
Maka pemilik pohon buah-buahan di kota ini sudah sewajarnya meningkatkan kewaspadaan ketika musim buah tiba.
Di lingkungan pergaulan, sejak tahun 2021, saya mulai mendengar pencurian buah-buahan semakin intens ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Secara pribadi, bunga bougenville dan buah (pisang di kebun) yang ditanam oleh bapak, pernah dicuri orang ketika saya masih kecil. Kalau tidak salah, sekitar tahun 1992. Jadi pencurian buah ini bukan hal baru di Kota Pontianak.
Ketika judi online mulai populer di sini, sekitar pertengahan 2021 kalau saya tidak salah, pencurian buah, sepatu, dan begal mulai sering terjadi di Kota Pontianak.
Benda yang menjadi target pencuri semisal tabung gas, beras karungan, rokok, buah-buahan, dan alas kaki. Intinya benda-benda yang mudah dikonversi jadi duit.
Jadilah pada akhirnya pohon alpukat di seberang rumah mertua saya menjadi pemandangan paling mencolok bagi kami yang memilikinya dan maling yang mengincarnya.
Pernah pada suatu masa, maling berhasil menggondol habis buah alpukat di pohon tersebut. Hal itu membuat saya darah saya membara.
Sampai suatu saat maling tersebut tertangkap basah, dan hampir terkena batang besi yang saya ayunkan ke kepalanya. Tapi ia masih beruntung dan sanggup kabur. Larinya cepat sekali. Sayang sebenarnya ia memilih jadi maling padahal mampu bersaing di olimpiade pada cabang atletik.