Sebelum menjawab, saya ingin mengutip sedikit informasi dari artikel "Perpustakaan Versus TBM (Taman Baca Masyarakat)" yang diterbitkan oleh website milik Dinas Kearsipan & Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Di situ tertulis bahwa TBM terbentuk karena perpustakaan umum instansi pemerintah saat ini belum bisa menjangkau semua wilayah, masih banyak daerah pinggiran yang jauh dari lokasi perpustakaan umum dan tidak terjangkau perpustakaan keliling.
Secara pribadi, jujur saya bingung. Perpustakaan pemerintah yang mendapatkan kucuran dana negara saja belum mampu memaksimalkan peran, macam mana pula kabar TBM yang hanya dikucuri keringat dan air mata saja.
Berkaca dari Sarang yang dikelola teman-teman, faktor keikhlasan memang memegang peranan penting berdirinya fasilitas tersebut. Namun pada awal tahun 2021 ketika Kota Pontianak dilanda virus Covid-19, Sarang menjadi sepi, dan para pengurusnya kebanyakan harus mencari rezeki ke daerah lain. Pada saat itu beberapa di antara kami terkena PHK, efek dari sepinya dunia usaha kala itu.
Jadi, jawaban atas pertanyaan sebelumnya, saya jawab "bisa" dan "tidak bisa".
Kegiatan pendidikan nonformal yang memungkinkan dilakukan di TBM bisa menjadi solusi baru dalam rangka menambah ilmu pengetahuan bagi para pemuda, jika "dipersenjatai" dengan baik oleh pihak-pihak yang memilik otoritas pada bidang yang dimaksud.
Namun jika pemerintah membiarkan TBM mati sesak nafas, dan barangkali hanya memberikan pelatihan-pelatihan di hotel saja sebagai pelipur lara. Maka hal tersebut, dalam perspektif saya, tak akan ada artinya.
Akhir kata, saya berharap setelah ini pemerintah punya niat baik untuk bersinergi total dengan semua TBM di Indonesia.
Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam, yaitu: "Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas."
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak