Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ini Cuma Urusan Hawa Nafsu, Platform X Tak Perlu Ditutup

19 Juni 2024   17:43 Diperbarui: 21 Juni 2024   01:00 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Perjudian | Ilustrasi/Pixabay.com

Saya memperhatikan wajah Bakso (bukan nama asli) agak temaram. Kami bertemu di sebuah warung kopi, Kota Pontianak.

"Kenapa, So? Sepertinya kau kesal? Apakah dunia perjudian sedang tidak baik-baik saja?" tanya saya iseng.

"Lebih buruk dari itu! Buruk sekali!"

"Seperti apa kiranya?"

Bakso tak langsung menjawab, matanya memperhatikan langit-langit dari warung kopi. Saya juga ikut melihat, tapi tak ada apa-apa di sana kecuali seekor cecak yang sedang mengincar nyamuk. "Kau tahu? Ternyata korban judi online tidak jadi dapat bantuan sosial! Kemudian platform X berpotensi ditutup! Ini menggelikan!

"Ya, bagus itu."

"Aku ini korban, lho!"

"Kau itu bukan korban judi online. Melainkan sesosok manusia yang dengan sadar melakukan perjudian. Kita ini orang Islam. Judi dilarang, malah kau kerjakan. Itulah akibatnya kalau melawan Tuhan."

Bakso tertawa kecil saja mendengar perkataan saya. Sejak zaman kuliah, dia memang gemar berjudi kecil-kecilan. Dulu judi bola, dia sering menang. Meski akhirnya pria bertubuh kurus kering itu merugi juga.

Sekarang, setelah rugi banyak, ingin pula ia mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Platform X mau ditutup, dia juga meradang. Sepertinya, skenario akhir zaman banyak pemeran kehidupan seperti si Bakso ini.

Saya tertarik dengan rencana Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang berencana memblokir platform X yang diduga melegalkan konten negatif seperti judi online dan pornografi.

Dalam perspektif saya, apa yang akan dilakukan pemerintah itu sebenarnya bermaksud baik, tujuannya pun jelas. Sayangnya, dengan memblokir X tidak mematikan akar utama masalah.

Saya mengutip pernyataan dari Pratama Persada, seorang pakar keamanan siber dari CISSReC. Menurutnya tidak semua konten yang ditayangkan X merupakan konten dewasa yang perlu disensor pemerintah. 

Ia juga memperkirakan meski nanti X diblokir, banyak masyarakat yang sudah tahu caranya mengakses situs yang diblokir pemerintah. Ketimbang memblokir, lebih baik pemerintah bekerja sama dengan pihak platform yang dimaksud. Pernyataan beliau saya dapatkan dari artikel "Muncul Gelombang Penolakan X Akan Diblokir Kominfo, Ini Kata Pakar Keamanan Siber" yang ditayangkan kompas.com (18/06/2024).

Jika X pada akhirnya diblokir, saya bertanya-tanya: "Kenapa pisau dan jenis benda tajam lainnya masih dijual bebas di pasar? Bukankah mereka dapat membahayakan orang lain?"

Prinsip kehidupan klasik: bukan bendanya, tapi penggunanya. Ini yang lebih tepat menggambarkan bagaimana miripnya X dan pisau.

Saya menaruh perhatian khusus ihwal perjudian. Bahwa sesungguhnya ada sesuatu yang lebih substansial ketimbang mengurusi hal-hal "ranting" semisal memblokir X itu.

Guru-guru, para ulama, dan cendekiawan sudah sering mengulang hal yang akan saya sebutkan ini, bahkan mungkin orang-orang sudah bosan mendengarnya, namun karena diperkirakan pemain judi online sudah mencapai 3,2 juta orang (sumber: artikel "Judi Online Sudah Makin Menggila", insight.kontan.co.id) dari berbagai kalangan, maka saya tak boleh ikutan bosan menjelaskan kerugian jika kita berjudi.

Dalam artikel "Hikmah Larangan Judi dalam Islam, Ketahui Bahaya dan Dampaknya" (diterbitkan oleh mirror.mui.or.id, tanggal 31 Mei 2022), dijelaskan bahwa judi dapat memicu permusuhan, kemarahan, hingga pembunuhan.

Selain itu, perjudian dapat membuat sesorang menjadi malas dalam beribadah, merusak akhlak, dan tidak mau bekerja dengan jalan yang baik.

Lebih jauh lagi, berjudi dapat berpotensi mengantarkan kita kepada gerbang kemiskinan, dan kerusakan rumah tangga.

Jadi saya berkesimpulan bahwa bukan platform X yang harus diblokir, melainkan kualitas pendidikan agama sejak dini yang harus diperkuat. Coba Anda pikir baik-baik tentang muara dari konten pornografi dan judi di X itu. Benar, jawabannya adalah hawa nafsu negatif manusia.

Tidak munafik, kita semua punya nafsu, namun manusia juga punya akal dan hati nurani sebagai penyeimbang.

Saya berpendapat sebagai seorang muslim, dan untuk rekan-rekan yang seiman saja. Saya tak berani mencampuri keyakinan saudara-saudara yang beragama lain. Jadi, salam damai selalu, ya!

Mengenai hawa nafsu ini, mari kita renungkan firman Allah subhanahu wa ta'alaa berikut ini (Alquran, surah Shad, ayat 26): "Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah."

Supaya nafsu berbuah positif, maka manusia harus mengendalikan hawa nafsunya  dengan cara mengikuti ajaran dari Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam.

Sebenarnya nilai positif ini bisa ditanamkan kapan saja, namun dalam perspektif saya, sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Digencarkan dalam tiap denyut pendidikan di Indonesia (bagi penganut agama Islam).

Tentu saja secara pribadi, saya mendukung hal-hal baik yang direncakan oleh pemerintah Indonesia. Terutama soal pembinaan dan pendidikan akhlak yang sangat berkualitas tanpa kata "sekadar", tak melulu soal blokir platform sana-sini.

Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman dalam Alquran, surah An-Nazi'at, ayat 40-41: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya."

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun