Suatu waktu di tahun 2023 ini, saya sempat melihat seorang rekan yang telah mendaftarkan diri sebagai calon wakil rakyat sedang sibuk mengerjakan, menyortir, dan menyusun dokumen yang diperlukan untuk partainya (partai tempat ia bernaung belum bisa dikatakan sebagai partai besar).Â
Kegiatan itu dilakukannya di kediaman pribadi. Semangat berapi-api ia tunjukkan kepada dunia. Keren. Menurut saya apa yang dilakukan orang tersebut adalah hal yang hebat, karena keikhlasan adalah barang langka pada zaman ini.
Lain waktu seorang rekan lain yang "berbaju besar" sedang melakukan rapat koordinasi dan pembinaan calon legislatif di sebuah tempat yang kondusif.Â
Ia juga mendapatkan konsumsi yang layak ketika mengikuti kegiatan tersebut. Pokoknya berkebalikan jauh dengan contoh pertama yang saya jabarkan.
Meski saya sangat ingin teman saya yang dari partai kecil itu menang, tapi jika disuruh bertaruh maka saya akan memasang taruhan kepada rekan-rekan yang "berbaju besar", saya yakin mereka akan banyak menang daripada orang-orang yang naik "perahu baru".
Tapi kalau ditanya jika adu pemikiran, siapa yang akan menang antara rekan-rekan yang "berbaju besar" dengan kawan-kawan saya yang naik "perahu baru"?Â
Maka dengan yakin saya mengatakan "perahu baru" akan menang. Ini dalam lingkup pertemanan, saya ulangi sekali lagi. Saya tidak akan melakukan generalisasi. Ini empiris, dan saya tahu seperti apa kapasitas orang-orang yang telah disebutkan.
Pada akhirnya meski sampai pontang-panting seseorang memikirkan bagaimana caranya membuat aturan yang berguna untuk masyarakat.
Namun tidak didukung dengan finansial yang luar biasa, maka itu cuma mimpi di siang bolong, dalam hal ini bermimpi sebagai calon wakil rakyat yang terhormat di gedung sana. Saya mengatakannya karena kira-kira seperti itulah matematika versi manusia.
Lebih dari itu semua kita tetap harus yakin bahwa: "Lu punya duit, Allah subhanahu wa ta'alaa tetap pemegang segala kuasa."
----