Hari ini sebenarnya saya sedang tidak bergairah untuk membuat karya tulis dalam bentuk apa pun. Namun sebagai penulis level kampung seperti saya, kegiatan membaca adalah suatu keharusan.
Oleh karena itu, saya menyempatkan diri mengintip "topik pilihan" di Kompasiana. Intinya, tema hari ini tentang cara membiasakan anak-anak mengamalkan nilai Pancasila di dalam kehidupannya. Misalnya, bagaimana mereka memperlakukan orang lain dari suku dan agama yang berbeda, cara bersikap menghadapi budaya asing, dan sejenisnya.
Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya saya memutuskan untuk menuangkan pemikiran saya tentang hal tersebut ke dalam sebuah tulisan. Meski sejujurnya secara pribadi saya menganggap tema tersebut merupakan hal yang aneh. Kenapa aneh? Nanti akan terjawab pada penjelasan selanjutnya.
Sebelum memulai, pemikiran yang akan saya sampaikan terbatas untuk para pembaca muslim, karena saya sendiri adalah seorang muslim, dan berusaha hidup dengan cara-cara Islam.
Saya dan orang-orang yang seangkatan dengan saya pasti sudah paham bagaimana kita hidup di Indonesia sudah paham betul dengan perbedaan, meski terkadang ada oknum yang ingin mengotori itu semua.
Baik, mari kita selisik bagaimana Islam dan Pancasila. Dalam sebuah artikel yang berjudul "Ketua MK: Pancasila Sejalan dengan Ajaran Islam" yang ditayangkan oleh mkri(dot)id pada tanggal 22 Agustus 2021, ditulis oleh Agung Sumarna.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa Anwar Usman, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), dalam ceramahnya mengatakan bahwa Pancasila yang telah menjadi falsafah bangsa dan nilai-nilai yang terkandung di dalam konstitusi, sejatinya merupakan ijtihad dari para tokoh muslim ketika perjuangan kemerdekaan.
Nah ... kalau kita perhatikan baik-baik kalimat yang disampaikan Pak Anwar Usman itu, terpampang nyata bahwa kita yang muslim ini tinggal menggali lebih dalam bagaimana menambah pengetahuan tentang Islam, dan menyampaikannya secara utuh kepada generasi yang lebih muda.
Seandainya ada yang berpikir bahwa Islam dan Pancasila tidak selaras, sepertinya, dalam sudut pandang saya, ada yang salah dari cara berpikirnya, atau mungkin metode yang dipakainya melenceng dari kebenaran, pun bisa jadi dia memang sengaja mengingkari bahwa nilai-nilai Islam telah banyak menyumbang kebaikan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Kemudian, perkara bagaimana anak-anak bersikap kepada orang yang berbeda agama dan suku, bisa kita bahas lebih lanjut seperti yang dijelaskan dalam artikel yang berjudul "HNW: Dalam Pancasila Terkandung Nilai-Nilai Ajaran Islam yang Sangat Kuat", ditayangkan mpr(dot)go(dot)id pada tanggal 13 Maret 2021.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa Hidayat Nur Wahid (HNW), wakil ketua MPR, menyatakan satu di antara beberapa tujuan yang ingin didapatkan seorang muslim dalam beragama adalah menjaga jiwa, muruah, dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa umat Islam berkewajiban menjaga diri sendiri dan orang lain.
Maka sudah terang benderang untuk urusan saling menghormati, menjaga, dan toleransi di kalangan muslim terhadap orang lain. Jangan dipelintir lagi. Kalau di lapangan terjadi sebaliknya, maka fokus terhadap "orang" bukan "agama", karena memang ada di kalangan kita semua bahwa agama sekadar penghias kolom KTP.
Masuk lagi kepada pertanyaan yang ditulis oleh Kompasiana dalam "topik pilihan"-nya, yaitu: "Bagaimana memposisikan diri terhadap budaya asing?"
Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa kita (umat Islam) harus memposisikan diri terhadap budaya asing? Menurut saya, mereka yang membawa budaya asing yang harus memposisikan diri terhadap budaya kita. Kita tak perlu repot-repot memikirkan bagaimana posisi terhadap budaya-budaya yang belum tentu baik itu.
Jadi, dalam sudut pandang saya, para orang tua muslim tak perlu pusing soal "memposisikan diri" terhadap budaya asing ini. Persis seperti yang dikatakan oleh dua pesohor negara yang kalimatnya sudah saya kutip tadi. Islam sudah sesuai dengan Pancasila!
Maka yang harus dilakukan para orang tua muslim dalam rangka agar anak-anaknya paham mengenai Pancasila adalah dengan menyampaikan, mengajarkan, memperkenalkan ajaran Islam yang murni kepada mereka. Maka secara otomatis, mereka akan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kemudian, jangan lupa untuk mengajarkan dengan baik tentang Pancasila, setiap sila-nya, dan makna yang terkandung, agar mereka akhirnya menyadari kebenaran nilai-nilai Islam.
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H