Data-data Bu Tini yang pernah saya baca menunjukkan bahwa ia adalah orang tua tunggal. Menjahit merupakan mata pencaharian utama-nya untuk melanjutkan hidup. Sekarang alat penyokong rezeki mereka sedang diam membisu di sudut gudang.
Tapi begitulah kapitalisme, tak bisa saya bilang siapa yang salah, semua hanya tentang sistem yang harus bergulir sebagaimana mestinya.Â
Akan tetapi saya menolak untuk berubah menjadi kejam. Beberapa bulan setelah kejadian itu, saya mengundurkan diri setelah mendapatkan pekerjaan di tempat lain.
Saya bukan orang kaya (banyak harta, asset, dan sejenisnya), tapi setidaknya saya berusaha agar tak menjadi orang yang miskin hati. Saya pantang!
Khususnya bagi manusia berdosa seperti saya, bekerja, selain bertujuan mencari uang juga sebagai sarana pengampunan.
Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani, Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang di waktu sore merasa lelah lantaran mencari nafkah, maka di saat itu diampuni dosa baginya."
Namun tentu saja, hal tersebut tidak berlaku jika dalam bekerja kita berlaku zalim terhadap orang lain. "Zalim" menurut KBBI adalah orang yang melakukan perbuatan aniaya yang merugikan dirinya sendiri dan/atau orang lain.
Menurut pandangan saya, khusus dunia kerja, jika mau bebas dari sumpah sumpah serapah, kuncinya adalah berusaha menjauhi sikap zalim kepada siapa saja.
Imam Muslim meriwayatkan perkataan dari Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa yang mengambil hak seorang muslim, maka Allah telah mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga baginya. Ada seorang yang bertanya: 'Walaupun sesuatu yang remeh/sedikit wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Walaupun cuma sepotong kayu arak.'"
Jadi, berdasarkan pemahaman saya ketika menyelami hadis tersebut, sebenarnya dunia kerja itu bisa aman sentosa apabila hak dan kewajiban seimbang. Itu saja, sederhana. Tapi kenyataan-nya di lapangan, tak mudah dilakukan. Entah apa sebabnya.
Saya tetap berkeyakinan bahwa semua manusia pada dasarnya baik budi, namun keserakahan mengubah semuanya.Â