Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tabib

12 Juli 2021   22:07 Diperbarui: 2 Agustus 2021   22:00 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obat-obatan dan ramuan tradisional. Sumber: piqsels.com

***

Mata Brown mengatakan "ramuan apa lagi ini" ketika ia disodorkan segelas cairan beraroma harum.

"Ini berasal dari kencur," kata Parker yang mengerti kekhawatiran Brown.

"Ya, aku pernah mendengar ibu bicara soal benda itu. Apa itu tadi? Kentur"

"Kencur."

"Betul sekali, kencur! Aku hanya mengetes pendengaranmu, Tuan Parker."

Sekali teguk, habis ramuan tersebut. Ekspresi wajah Brown kembali terkejut, ia tak sangka minuman tersebut rasanya enak.

"Obat tak selalu harus pahit, Kawan," kata Parker sambil menumbuk beberapa rempah di meja kayu yang tak jauh dari tempat Brown berbaring."

"Kau benar-benar membaca pikiranku." Brown tersipu. "Jelaskanlah lagi padaku soal kentur ini."

"Kencur!"

"Kencur. Betul sekali. Aku mengetes pendengaranmu untuk kedua kali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun