Mohon tunggu...
Arman Batara
Arman Batara Mohon Tunggu... Editor - Penggiat Literasi Media

Tak ada manusia yang mampu menghindari dari kematian. Lantas, apa yang akan kamu sombongkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memikirkan Generasi Penerus

10 Agustus 2021   14:56 Diperbarui: 10 Agustus 2021   15:40 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastinya saat kita ber-istiqomah dengan apa yang ada dalam pikiran kita, memikirkan hal apa yang harus kita kerjakan untuk masa depan regenerasi kita, pasti Tuhan dan alam semesta memberikan jalan.

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia, sukses dimasa depan. Seperti halnya orang-orang yang telah mengukir kesuksesan. Contohnya, Bob Sadino, Sudono Salim, Dato Sri Tahir dan banyak juga yang lain yang kehidupannya lebih sukses yang tidak saya sebutkan satu persatu.

"Apakah ada gitu penggodokan/pendidikan seperti Kawah "Candradimuka"," celetuk Ricky dengan raut muka mengerut.

Konon katanya, Kawah Candradimuka adalah tempat Gatot Kaca di didik/digojlog sampai memiliki kesaktian yang  tinggi.

Dalam cerita pewayangan, Gatot Kaca keturunan dari pasangan Bimasena dan Arimbi, dikisahkan Gatot Kaca juga memiliki kesaktian yang luar biasa.

"Ya, seandainya ada pendidikan Candradimuka yang seperti dikisahkan dalam pewayangan. Saya akan sekolahkan apapun konswekuensinya," jawab saya menimpali pertanyaan Ricky yang sedikit penuh khayalan.

"Apakah kita pesantren kan saja," sambung saya.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang siswanya tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan seorang guru atau kyai. Santri tinggal di asrama yang ada dikomplek pesantren tersebut.

Kring, kring, suara HP berbunyi, seorang perempuan mantan pacar yang sekarang menjadi istri menelpon, sebelum saya mengangkat telepon saya liat jam yang ada di cafe tersebut menunjukan pukul 20:15 WIB.

"Yah dimana?"
"Masih di cafe ama Ricky"
"Mau pulang jam berapa?"
"Iya ini sebentar lagi pulang"

Tut,, bunyi hand pone tandanya panggilan terputus. Ya, kita tau naluri seorang perempuan sepertinya mereka tak mau berjauh-berjauh dengan suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun