Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran dari Youtuber yang Bikin Kesal Tahanan

18 Mei 2020   15:49 Diperbarui: 18 Mei 2020   15:44 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rri.co.id/ 

Setelah beberapa saat buron, Youtuber Ferninand Paleka ditangkap juga. Pelaku prank sampah itu dilaporkan atas dugaan tindak pidana penghinaan. Ferdinand sudah bikin kesal banyak orang. Youtuber Maell Lee sampai-sampai nantangin Ferdinen berantem. Maell bete tingkat tinggi sama Ferdinand. 

Pasalnya Maell mantan orang susah. Orang susah itu kalau berharap bantuan, tulus. Kalau yang datang tiba-tiba prank, sakitnya sampai ke ubun-ubun tentunya.

Di tahanan, Ferdinand dan kawannya mendapat perundungan dari para tahanan. Tidak mau ketinggalan sama masyarakat yang menggrebek rumah Ferninand karena marah atas aksinya, para tahanan itu ikut melampiaskan kekesalan. 

Ferdinand dan kawannya hampir ditelanjangi. Hanya boleh pakai celana dalam. Dibotakiin juga. Ferdinand dimasukkan ke tong sampah. Sementara kawannya disuruh push up.

Sampai disini penulis teringat sebuah pelajaran, sebejat apapun manusia, dia tetap tak suka dengan tindak kejahatan. Para tahanan itu kan pelaku kejahatan. Mungkin mereka perampok, pengedar narkoba, pembunuh, pemerkosa atau apalah. 

Tapi ternyata mereka bisa kesal juga dengan sesama mereka. Meski ungkapan kesal mereka tidak logis. Para tahanan tersebut tak harus main hakin sendiri. Toh pelaku kejahatan sudah ada di tempat yang tepat. Masak harus dua kali kena sanksi.

By the way, begitulah fitrah manusia, sebenarnya suka dengan yang baik-baik. Seperti ibu-ibu yang kurang harmonis dengan mertua. Tapi waktu nonton sinetron yang ceritanya mertua dikerjai menantu, ya kesal juga. Atau orangtua yang hobi mukulin anaknya. Tapi ketika anaknya dipukul orang atau ada orangtua lain yang memukul anaknya, dia marah.

Entah dorongan nafsu atau bisikan syetan mungkin, yang membuat orang egois menyakiti orang lain. Penulis yakin, seseorang sebenarnya mengabaikan panggilan baik dalam dirinya, sehingga tega memunculkan ide gila yang merugikan sesama. 

Orang bijak bilang tipe begini adalah golongan sumbu pendek alias pendek mikir. Mereka berbuat tanpa menimbang akibat perbuatan mereka. Makanya orang cerdas disukai, yaitu orang-orang yang berhati-hati dalam berbuat.

Selain video perundungan Ferdinan dan kawannya yang viral, kepemilikan ponsel oleh tahanan pun dipertanyakan publik. Kok bisa tahanan update berita dari luar? Mem-bully sesama tahanan lalu meng-upload-nya ke media sosial? Dimana sipir penjara?

Memang pihak kepolisian sudah melakukan pembelaan. Mereka bilang kecolongan. Ponsel diduga diselipkan pada makanan yang diantar untuk tahanan. 

Tapi tetap saja perisitiwa itu mengingatkan kita bahwa penjara itu longggar. Penjara tidak sepenuhnya bisa menjadi tempat penjahat jera. Wong mereka bisa kok hidup enak, asal sanggup 'mengatasi hambatan'.

Ada pelajaran lainnya yang penulis dapatkan. Atas aksinya prank sampahnya, Ferdinand memberi alasan. Dia bilang mau membantu polisi terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Meski dia sendiri bersama temannya menunjukkan tak tertib PSBB. Dia pun bilang mau memberi pelajaran pada waria yang beroperasi di bulan Ramadhan. Namun meski dia mengaku berniat baik, prilakunya tidak lantas dinilai publik sebagai kebaikan.

Anggaplah Ferdinan jujur. Dengan demikian pelajaran yang bisa diambil adalah untuk bisa berbuat baik, niat baik saja tidak cukup. Niat dan cara harus sama sejalan beriringan. 

Niat baik dikuti dengan cara yang baik pula. Jadi teringat ajaran agamaku. Dimana amal salih mesti memenuhi dua syarat. Yaitu niat baik dan cara baik pula sesuai aturan agama. Makanya pembagian nasi anjing kemarin juga sempat viral. 

Bagi muslim anjing bukan sekedar nama hewan. Tapi dianggap salah satu hewan yang terlarang untuk dimakan. Artinya berbagi makanan yang diberi nama nasi anjing bagi muslim itu merendahkan. Memberi tanpa adab namanya.

Ferdinand secara pribadi sudah minta maaf. Bahkan ibunya juga ikutan minta maaf atas prilaku anaknya. Meski begitu, atas laporan yang ada, sanksi hukum tetap dilanjutkan. 

Inilah hikmah lainnya. Kata maaf tidak berarti menyudahi perkara. Meski pelaku kejahatan menyesali perbuatannya, tetapi sanksi tetap diperlukan. Agar timbul efek jera bagi diri pelaku dan orang lain.

So, marilah kita menjadi orang baik. Kalau kesal, ungkapkan secara logis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun