Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Bermaafan (Jangan) Merasa Trauma

12 Juni 2019   21:26 Diperbarui: 12 Juni 2019   21:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pictured by Wajibbaca.com 

Bila pun harus mengucap maaf pada momen lebaran ya sekedarnya saja. Tidak perlu sampai mengakui berbagai kesalahan masa lalu yang akhirnya diulang kembali tak lama setelah minta maaf. Dia pun menjadi yang terbaik dalam berakhlak pada ibunya.

Sebenarnya kejadian yang dialami kenalan saya itu juga saya alami. Saya melihat sendiri seorang anak yang baru saja minta maaf pada orangtuanya saat lebaran, berbuat kesalahan lagi tak lama setelah itu. Dan minta maafnya tahun depan. Berhubung bermaafan memang tidak disyariatkan sebagai amalan khusus lebaran, saya pun memilih prilaku yang sama dengan kenalan tersebut.

Meminta maaf idealnya dilakukan kapan pun ketika kita merasa bersalah pada orang lain. Dan memaafkan kapanpun saat orang lain meminta maaf atas kesalahannya pada kita.

Allah swt berfirman, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh". [al-A'raf/7:199]

Rasulullah bersabda , "Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra)

Baik juga bila tradisi bermaafan tetap dilestarikan saat lebaran. Namun kita tetap harus memahami apa -- apa sesungguhnya yang harus dilakukan saat lebaran sesuai syariat Islam. Lebih dari itu kita harus terus belajar memahami Islam. Agar kita dapat menjadikan Islam sebagai tuntunan kita dapat kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.  Kenapa? Karena kita muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun