Langkah berikutnya adalah menggunakan cappa urane. Secara harfiah, penggunaan cappa urane berarti menjalin ikatan kekeluargaan melalui sebuah pernikahan. Penggunaan ujung kelamin ini tentu tidak dapat kita maknai dalam konteks perkawinan semata, tetapi lebih kepada konteks kerjasama dan keterikatan.Â
Jadi, jika dialog tidak dapat menyelesaikan suatu konflik, maka sebaiknya seseorang memikirkan cara yang membuat mereka bisa bekerjasama untuk memperoleh keuntungan yang sama.
Langkah ketiga yaitu cappa kawali (ujung badik). Penyelesaian seperti ini diletakkan paling terakhir dan hanya bisa digunakan ketika dua cara sebelumnya benar-benar gagal. Jika ditarik pada konteks masa lalu, perkelahian, duel, dan perang adalah perwujudan dari aspek ujung badik.Â
Dalam konteks hari ini, hal ini mungkin menjadi cara yang paling dihindari karena dianggap sudah tidak lagi relevan dengan kehidupan bermasyarakat. Meski demikian, secara prinsip, hal ini tetap bisa kita gunakan ketika menyangkut persoalan martabat dan harga diri.
Penggunaan prinsip tellu cappa ini relevan untuk merespons konflik di Laut Cina Selatan. Seperti yang kita ketahui, akar masalah di Laut Cina Selatan adalah klaim wilayah Cina yang bersinggungan dengan wilayah beberapa Negara di ASEAN. Cina mengklaim hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan berdasarkan peta "sembilan garis putus-putus" (nine-dash line).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempersoalkan klaim sepihak Cina. Terlebih lagi saat Cina merilis peta baru edisi tahun 2023. Peta tersebut banyak tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di sekitaran wilayah Kepulauan Natuna. Selain Indonesia, negara-negara tetangga di ASEAN juga merespons dengan keras klaim sepihak dari Cina.
Hal tersebut membuat konflik Laut Cina Selatan menjadi konflik internasional dan menjadi persoalan geopolitik yang menyita perhatian dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa selain Indonesia, negara lain seperti, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, Taiwan, hingga India juga terdampak klaim sepihak dari Cina.
Melihat keruwetan persoalan Laut Cina Selatan, prinsip tellu cappa bisa menjadi salah satu pegangang dalam menyelesaikan konflik Laut Cina Selatan. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia dan Cina punya hubungan diplomatik.Â
Cappa lila berarti melakukan diskusi, dialog, atau hal-hal lain diplomatik yang menjadi langkah awal untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Meski hal itu tidak sesederhana yang dipikirkan, langkah tersebut harus dimaksimalkan.
Jika dialog gagal, maka Indonesia bisa menggunakan langkah selanjutnya yang dalam tellu cappa disebut sebagai cappa urane. Filosofi tersebut bisa dimodifikasi sesuai dengan konteks penggunaannya. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia dan Cina memiliki berbagai kerjasama strategis di banyak bidang. Jika Cina masih terus membuat keruwetan di Laut Cina Selatan, maka sebaiknya Indonesia mulai mengevaluasi kerjasama tersebut.
Demikian juga sebaliknya, jika Cina bisa menahan diri terkait persoalan Laut Cina Selatan, maka kerjasama antarnegara bisa semakin ditingkatkan. Hal tersebut tidak hanya bisa dilakukan Indonesia, tetapi juga negara-negara lain yang berada di sekitar wilayah Laut Cina Selatan seperti, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam.