Assalamu’alaikum sobat Kompasiana. Mudah-mudahan dalam keadaan sehat wal’afiat, ya. Pada kesempatan ini saya akan membuat tulisan seputar dunia Islam, selagi masih Ramadhan.
Tahukah kamu, beberapa ratus silam terdapat sebuah era yang disebut masa keemasan Islam (Islamic Golden Age) pada abad pertengahan? Era tersebut ditandai dengan banyaknya penemuan ilmiah oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
Sebut saja di bidang matematika, terdapat nama Al-Khawârizmî yang merumuskan Aljabar. Lalu di bidang kedokteran, terdapat nama Ibnu Sina (Avicenna) yang menulis kitab kedokteran, dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya.
Jika terdapat banyak penemuan ilmiah pada masa itu, latar belakang seperti apa yang membentuk masa keemasan Islam? Berikut penjabarannya.
Pertama, Didirikan Bayt Al-Hikmah sebagai Wadah Ilmu Pengetahuan
Bayt Al-Hikmah adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki arti Gedung Hikmah (House of Wisdom) atau Gedung Pengetahuan. Terletak di Kota Baghdad (Irak saat ini), Bayt Al-Hikmah didirikan sekitar tahun 200 H/ 815 M di masa kepemimpinan Bani Abbasiyah.
Pemimpin pada saat itu memiliki gagasan untuk membuat institusi pendidikan yang dapat mewadahi aktivitas penerjemahan. Lalu didirikanlah Bayt Al-Hikmah sebagai pusat intelektual. Di tempat inilah terjadinya penerjemahan karya-karya ilmu pengetahuan yang berasal dari bangsa-bangsa lain, seperti Yunani, Syria, Persia, dan India ke dalam Bahasa Arab.
Walaupun mempelajari pengetahuan dari bangsa-bangsa lain, para ilmuwan muslim tersebut tentu saja sudah dibekali dengan pemahaman Islam yang mumpuni. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karya mereka yang terinspirasi dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Seperti Jābir bin Ḥayyān yang dijuluki sebagai sebagai “Bapak Kimia” Arab dan Barat-Latin. Pengklasifikasian terhadap unsur kimia ‘besi’ yang dibuatnya, terinspirasi dari Al-Quran Surat ke-57 (Al-Hadid artinya ‘besi’). Ternyata nomor atom besi yang paling stabil disimbolkan dengan Fe57! Masya Allah.
Aktivitas penerjemahan di Baghdad sebetulnya sudah dimulai sejak masa Khalifah Al-Mansyur. Namun saat itu belum berbentuk institusi resmi. Lalu pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dibuatlah konsep perpustakaan kecil bernama Khizânât al-Hikmah, yang disempurnakan kemudian pada masa Khalifah Al-Ma’mûn (Al-Farabi, hal. 4).
Maka dari itu, didirikanlah Bayt Al-Hikmah sebagai institusi resmi. Dari sudut pandang arsitektur pun, Bayt Al-Hikmah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan ruang dari yang sebelumnya hanya berbentuk perpustakaan kecil.
Kedua, Gambaran Ruang Bayt Al-Hikmah
Bayt Al-Hikmah merupakan bangunan gedung dua lantai yang terdiri dari beberapa ruang. Diantaranya yaitu ruang utama berupa perpustakaan, serta ruang penunjang seperti ruang pertemuan, ruang observasi pengamatan bintang, dan tempat tinggal bagi penerjemah.
Setiap ruangan di perpustakaan terdiri dari tempat buku (khazanah) yang diberi nama sesuai nama pendirinya, seperti Khazanah Al-Rasyîd dan Khazanah Al-Ma’mûn. Bangunan yang menyatu dengan istana khalifah itu pun memiliki berbagai divisi. Ada divisi untuk menyimpan buku, menerjemah, mencetak, menulis, menjilid, dan meneliti (Al-Farabi, hal. 5).
Ketiga, Tempat Lahirnya Para Ilmuwan Muslim Brilian
Jika selama ini kita mendengar pemberitaan di media bahwa Islam identik dengan hal negatif, Bayt Al-Hikmah merupakan bukti bahwa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Sebut saja beberapa nama seperti Al-Khawârizmî yang terkenal di bidang matematika. Ibnu Sina (Avicenna) dan Al-Zahrawi yang terkenal bidang kedokteran. Ada juga Abbas Ibnu Firnas di bidang penerbangan. Dan masih banyak ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya.
Kanal youtube 1001Inventions juga menceritakan kisah menarik mengenai ilmuwan-ilmuwan muslim yang diakui oleh Barat. Mereka menjelaskan bahwa dunia modern saat ini tak lepas dari peran estafet para ilmuwan muslim pada abad pertengahan.
Bahkan, tahukah kamu perintah pertama yang diturunkan di dalam Al-Qur’an merupakan perintah untuk membaca (iqro)?
QS. Al-‘Alaq: 1 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
Uniknya, Bayt Al-Hikmah merupakan institusi yang sangat menjunjung tinggi toleransi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para penerjemah yang berasal dari bangsa non-arab. Mereka juga diperbolehkan untuk berdebat dan diskusi seputar masalah-masalah agama (Al-Farabi, hal. 6).
Penutup
Demikianlah pemaparan penulis seputar Bayt Al-Hikmah yang pernah menjadi pusat intelektual dunia. Betapa penting bagi kita untuk mempelajari sejarah, agar kita mengetahui bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Secara arsitektur, Bayt Al-Hikmah memang berbentuk bangunan. Namun, perlu diingat bahwa yang pertama kali dibangun ialah tradisi ilmunya, bukan bangunan fisik. Karena arsitektur sejatinya hanyalah sarana untuk memenuhi kebutuhan ruang hidup manusia.
Terlepas dari segala perdebatan apakah pada saat itu disebut sebagai era keemasan Islam atau bukan, mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari semangat para ilmuwan muslim dalam mengembangkan tradisi ilmu.
Sekian dan terimakasih. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman dan Bapak/Ibu sekalian. Mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan.
Catatan: tulisan ini dibuat dalam rangka menjaga semangat penulis yang pernah mengikuti Seminar Peradaban Islam di ITB, Bandung pada tahun 2010. Tulisan ini juga sudah direview oleh Mushab Abdu Syahid selaku Ahli Cagar Budaya dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Referensi
Al Farabi, Mohammad. 2013. Bayt al-Hikmah: Institusi Awal Pengembangan Tradisi Ilmiah Islam. MIQOT Vol. XXXVII No. 1, Hal. 1.
Husaini, Adian. Mengenal Sosok dan Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Wan Mohd Nor Wan Daud. Depok: YPI At-Taqwa, 2020.
https://ganaislamika.com/zaman-keemasan-islam-4-kontribusi-peradaban-islam-bagi-dunia/
https://www.1001inventions.com/house-of-wisdom/
Malang Times (2021, 15 Juni). Inilah Ilmuwan Muslim Penemu Teori Atom Sesungguhnya melalui Al-Quran. Diakses pada 26 Maret 2023, dari https://www.malangtimes.com/baca/68423/20210615/141100/ inilah-ilmuwan-muslim-penemu-teori-atom-sesungguhnya-melalui-alquran
Musadad, Asep N. 2015. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Jābir Bin Ḥayyān. ResearchGate Vol 5, Hal. 115-131.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI