Maka dari itu, didirikanlah Bayt Al-Hikmah sebagai institusi resmi. Dari sudut pandang arsitektur pun, Bayt Al-Hikmah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan ruang dari yang sebelumnya hanya berbentuk perpustakaan kecil.
Kedua, Gambaran Ruang Bayt Al-Hikmah
Bayt Al-Hikmah merupakan bangunan gedung dua lantai yang terdiri dari beberapa ruang. Diantaranya yaitu ruang utama berupa perpustakaan, serta ruang penunjang seperti ruang pertemuan, ruang observasi pengamatan bintang, dan tempat tinggal bagi penerjemah.
Setiap ruangan di perpustakaan terdiri dari tempat buku (khazanah) yang diberi nama sesuai nama pendirinya, seperti Khazanah Al-Rasyîd dan Khazanah Al-Ma’mûn. Bangunan yang menyatu dengan istana khalifah itu pun memiliki berbagai divisi. Ada divisi untuk menyimpan buku, menerjemah, mencetak, menulis, menjilid, dan meneliti (Al-Farabi, hal. 5).
Ketiga, Tempat Lahirnya Para Ilmuwan Muslim Brilian
Jika selama ini kita mendengar pemberitaan di media bahwa Islam identik dengan hal negatif, Bayt Al-Hikmah merupakan bukti bahwa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Sebut saja beberapa nama seperti Al-Khawârizmî yang terkenal di bidang matematika. Ibnu Sina (Avicenna) dan Al-Zahrawi yang terkenal bidang kedokteran. Ada juga Abbas Ibnu Firnas di bidang penerbangan. Dan masih banyak ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya.
Kanal youtube 1001Inventions juga menceritakan kisah menarik mengenai ilmuwan-ilmuwan muslim yang diakui oleh Barat. Mereka menjelaskan bahwa dunia modern saat ini tak lepas dari peran estafet para ilmuwan muslim pada abad pertengahan.
Bahkan, tahukah kamu perintah pertama yang diturunkan di dalam Al-Qur’an merupakan perintah untuk membaca (iqro)?
QS. Al-‘Alaq: 1 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
Uniknya, Bayt Al-Hikmah merupakan institusi yang sangat menjunjung tinggi toleransi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para penerjemah yang berasal dari bangsa non-arab. Mereka juga diperbolehkan untuk berdebat dan diskusi seputar masalah-masalah agama (Al-Farabi, hal. 6).