Pada sesi berikutnya, Pak Iwan selaku perwakilan dari Biro PLH Pemprov DKI memberi tanggapan terhadap isi seminar. Pada kenyataannya di Jakarta memang terdapat kategori masyarakat yang tinggal karena terpaksa dan dipaksa oleh keadaan. Demikian tanggapannya.
Terakhir yaitu Ibu Tona Hutauruk yang memberikan pemaparan mengenai potensi investasi kawasan. Beberapa kawasan di Jakarta memiliki ciri khas tersendiri dan itu menjadi sebuah potensi yang dapat dikembangkan melalui mekanisme development brief.
Beberapa contoh diantaranya yaitu kawasan Kota Tua yang memiliki nilai-nilai sejarah, kawasan Grogol Petamburan dengan pusat bisnis dan perbelanjaan, kawasan Muara Angke yang memiliki identitas tepi laut (waterfront), serta beberapa kawasan lainnya.
Pengembangan suatu kawasan juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik dan kualitas hidup di sebuah kota tentunya. Demikian pemaparan dari para narasumber.
Kesimpulan
Harga properti di Jakarta memang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Apalagi dengan kondisi lahan yang terbatas, kecil kemungkinan untuk membangun rumah tapak (landed house).
Sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ketersediaan perumahan. Beberapa solusi yang ditawarkan diantaranya yaitu konsep rumah flat, program rusunawa dan rusunami dari pemerintah, serta pembangunan apartemen dengan konsep TOD (Transit Oriented Development).
Walaupun demikian, diperlukan juga kerjasama untuk memperhatikan kalangan masyarakat menengah bawah. Pembangunan Kampung Akuarium merupakan contoh yang baik dari kolaborasi para pemegang kebijakan (stakeholder), termasuk arsitek.
Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk menunjang ketersediaan rumah bagi seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat kelas menengah saja perlu mendapat perhatian, apalagi masyarakat menengah bawah yang rentan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H