Mohon tunggu...
arleen amidjaja
arleen amidjaja Mohon Tunggu... -

A working mother, an author, a fashion bag seller

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika orang yang membosankan ini harus storytelling 5 x di Frankfurt :)

9 November 2015   13:06 Diperbarui: 9 November 2015   13:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis buku anak itu hampir selalu dianggap identik dengan storyteller. Karena itu, seringkali sekolah-sekolah mengundang kami untuk storytelling di depan murid-murid mereka. Mungkin memang ada (atau bahkan banyak) penulis buku anak yang juga merangkap storyteller, orang-orang mengagumkan yang dapat tampil dengan memukau untuk menghibur anak-anak, membuat mereka membuka mata mereka lebar-lebar, membuat mereka menahan napas, membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Sayangnya, aku bukan orang seperti itu. Yang pernah bertemu denganku tahu bahwa aku adalah salah satu orang yang paling membosankan di dunia ini. Terbukti sewaktu sekolah dulu, saking kutu-bukunya aku, pernah sekali masa aku dijuluki : Miss no-fun-at-all :). (Dan mungkin di lingkungan kerja julukan itu masih menempel padaku :)).

Aku tipe orang yang lebih memilih berkomunikasi dengan tulisan. Karena itulah aku jadi penulis :). Aku suka menulis dalam diam dan kesendirian dan aku senaaang sekali bila ada banyak anak-anak yang membaca tulisanku dan terhibur karenanya. Dan aku merasa mereka memang akan lebih terhibur bila membaca tulisanku daripada bila melihat diriku di hadapan mereka. Aku bukan tipe orang yang dapat menguasai ruangan. Ada tipe-tipe orang yang bila ia masuk ke sebuah ruangan, semua akan berpaling padanya. Aku tidak seperti itu. Bila aku masuk ke sebuah ruangan, udara tidak akan tahu dan debu tidak akan terusik :).

Selama 11 tahun ini aku menolak 99% dari undangan storytelling yang kuterima. (1% yang kuterima adalah undangan dari sekolah anakku yang kecil. Dan tugas itu kudelegasikan kepada anakku yang besar :)). Memang ada alasan kuat bagiku untuk menolak karena event di sekolah-sekolah selalunya dilaksanakan pada hari kerja padahal aku bekerja.

Ketika mendapat penugasan untuk berangkat ke Frankfurt Book Fair, penugasan itu termasuk 3 kali storytelling di book fair dan kemudian ditambah dengan 2 kali lagi di sebuah sekolah international di Frankfurt. Total 5 kali. Tentu saja kali ini aku tidak bisa menolak (dan juga tidak bisa mendelegasikan pada siapapun). Dan karena itu aku mulai mencari cara untuk menghadapi hal ini. Kegalauanku bertambah ketika tiba instruksi dari Bu Murti Bunanta (selaku penanggung jawab semua acara di Island of Tales, pavilion Indonesia) yang berbunyi: Ceritanya tidak boleh dibaca ya!

Lalu aku menemukan Jan Blake. Sudah pasti master storyteller dunia bukan hanya dia. Tapi Mr Google dan Mr Youtube mengarahkanku pada dia.

Ini youtube Ms Jan Blake yang pertama kulihat yang membuatku terpesona.

https://www.youtube.com/watch?v=7MgpAG2sobk

Dan setelahnya aku menghabiskan berjam-jam, berhari-hari untuk melihat youtube-youtubenya yang lain. Dari dia aku belajar banyak. Dan dari dia aku menemukan keasikan storytelling. Bukankah pada dasarnya semua manusia memang suka didengarkan? Karena itu kita semua (terutama wanita) sangat sering curhat tak berkesudahan, bukan? Dan ternyata storytelling tidak jauh berbeda dari itu :). Tidak mengherankan di sesiku yang kedua di Frankfurt, aku sempat menangis di tengah-tengah cerita dan lalu minta break untuk mengambil tisiu sebelum lanjut lagi :).

Setelah belajar dari Ms Blake, aku menulis ulang ke 10 cerita yang akan kubawakan. Dan di sana, karena waktu yang terbatas, 6 cerita telah kupersembahkan. Tentu saja di sana aku mungkin tidak sampai 25% nya dari Ms Blake. Dari semua yang mendengar, mungkin 25% mendengarkan dan sisanya tidur :). Kecuali pada sesi di mana aku menangis itu, di sana mungkin 25% mendengarkan dan sisanya bingung :). Tapi semoga tidak ada yang mengasosiasikan diriku dengan Miss no-fun-at-all. And hopefully I have given my best to my country.

Minggu lalu aku mencari Ms Blake. Aku mencari websitenya dan fesbuknya dan aku mengiriminya pesan. Kuceritakan padanya bagaimana dia tidak tahu aku siapa tapi aku tahu siapa dia dan bahwa youtube-youtubenya telah begitu membantuku. Aku berterima kasih padanya.

Satu hal yang selalu dikatakan Jan Blake di akhir setiap sesinya yang begitu menginspirasi diriku: “Sekarang aku sudah menceritakan ceritaku. Cerita ini sekarang jadi milikmu dan dapat kau bagikan pada yang lain.”

Karena itu, atas seijin penerbit, aku mengiriminya 2 ceritaku dengan harapan dia akan menggunakannya di dalam sesi-sesinya (tanpa perlu menyebutkan dari mana dia mendapatkan cerita itu). Kemungkinan bahwa dia akan menggunakan ceritaku amat kecil. Dia selalu menggunakan cerita-cerita rakyat asal Afrika dan dia harus mencerna sebuah cerita selama bertahun-tahun lebih dahulu sebelum merasa mantap untuk menceritakannya. Tapi dia membalas pesanku dan berkata dia akan mempelajari ceritaku. Mengetahui bahwa dia akan membaca ceritaku saja sudah membuatku begitu senang :).

Sejak awal karir menulisku, sudah begitu banyaaak bantuan yang kuterima dari begitu banyak orang. Sebagian orang-orang itu bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah membantuku. Mbak Renny Yaniar, contohnya. Dari buku-bukunya dia telah menjadi mentorku lama sebelum aku mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diriku padanya sambil mengaku bahwa aku sudah belajar dari buku-bukunya :). Mencari Mbak Renny Yaniar mungkin tidak terlalu susah karena dia ada di sini. Beberapa penulis lain mungkin akan lebih susah dicari karena berlokasi di luar. Tapi berhasilnya diriku mencari dan menghubungi Ms Jan Blake (dan sebelumnya aku juga sudah berhasil memperbaharui kontak dengan salah satu dosen bahasa Inggrisku) mengingatkanku bahwa di era digital dan sosmed ini, mencari seseorang tidak sesulit itu. Jadi setelah ini, aku akan mulai mencari beberapa orang lagi yang sudah membantuku tanpa menyadarinya, untuk mengucapkan terima kasih yang seharusnya sudah lama kuucapkan.

Arleen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun