Mohon tunggu...
Arla indy marshella
Arla indy marshella Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

—be the poem of a gentler sea.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Perjalanan Sangihe dalam Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo

16 Desember 2023   22:48 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:40 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pasti sudah tak asing dengan novel. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel seringkali dikenal dengan tema romansa yang kerap mendominasi pasar. Kita dapat menemukan novel yang mengenalkan tentang kekayaan alam dan sejarah suatu daerah di Indonesia. Terkadang, kita tenggelam dalam kisah asmara yang melibatkan tokoh-tokoh dengan konflik percintaan yang rumit, tanpa menyadari potensi besar yang dimiliki oleh novel-novel yang memperkenalkan keindahan alam dan warisan sejarah Indonesia.

Dalam konteks akademis, novel yang bertemakan kekayaan alam dan sejarah juga memberikan kontribusi dalam memperkaya literatur yang difokuskan pada aspek-aspek kehidupan lokal. Karya sastra semacam ini dapat menjadi sumber pengetahuan baru yang berharga untuk studi-studi budaya dan lingkungan.

Novel semacam ini memiliki daya tarik tersendiri, membawa pembaca dalam petualangan tak hanya melibatkan karakter-karakter yang kuat, tetapi juga mengajak pembaca menjelajahi pesona alam dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh berbagai daerah di negeri ini. 

Dengan eksistensi novel bertemakan kekayaan alam dan sejarah inilah, pembaca diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh keindahan alam dan sekilas sejarah yang menjadi bagian dari keberagaman Indonesia. Penggambaran penulis juga berperan penting, khususnya dalam menggambarkan kreasi imajinatif sehingga para pembaca dapat menuangkan imajinasinya. Nah, kira-kira apakah books lover tahu siapa penulis yang dimaksud tersebut? Untuk mencari tahu, mari kita simak pembahasan berikut.                  

Dian Yuliasri atau yang lebih sering disapa sebagai Dian Purnomo adalah salah satu penulis wanita yang cukup dikenal di Indonesia. Ia lahir di kota Salatiga, Jawa Tengah pada Juli 1976. Karya-karyanya yang diminati pembaca, membuat novel-novel karyanya cukup melejit di pasar buku nasional.

Setelah menempuh pendidikan di Kriminologi, Universitas Indonesia membuatnya cukup terbuka akan isu-isu sosial, khususnya pada isu-isu tentang perempuan, anak, maupun kekerasan berbasis gender. Melalui karya-karya Dian Purnomo ini, kita tak hanya diberikan sebuah hiburan semata, melainkan juga diperkaya dengan wawasan baru mengenai realitas kehidupan perempuan modern.

Dian Purnomo diketahui telah menekuni dunia kepenulisan sejak bangku SMA. Ia pun telah menerbitkan sembilan buah novel dan antologi cerita pendek. 

Novel terbitannya yang pada saat itu mencuri perhatian pecinta buku dan menjadi titik pencapaian gemilang nya berjudul Perempuan Yang Menangis kepada Bulan Hitam yang ditulis berdasarkan pengalaman-pengalaman pilu para perempuan korban kawin tangkap di daerah Sumba, Nusa Tenggara Timur. Isu adat perkawinan tangkap di Sumba ini yang kemudian menggetarkan hati Dian Purnomo sebagai panggilan jiwa untuk menggemakan jeritan perempuan yang terasa terabaikan, lalu ia muat dalam bentuk sebuah karangan.

Usai membuat karya yang berjudul Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, ia kembali untuk meluncurkan karyanya yang mengusung pemilihan tema yang lebih menarik dalam sebuah buku bersampul kuning. Yang menarik perhatian adalah novel ini menceritakan sebuah perjalanan panjang seorang perempuan bernama Shalom Mawira dan keluarga kecilnya di kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. 

Cerita ini bermula dari tokoh Mbak Mirah, seorang anggota dari sebuah organisasi Yayasan Sayangi Alam yang diminta bertugas untuk memegang sebuah program di kepulauan Sangihe. Selain bertemu dengan tokoh Shalom Mawira, kita juga akan bertemu dengan tokoh-tokoh pendukung lainnya seperti anggota-anggota keluarga Shalom, yaitu Oma Tulas, Mama lisa, dan si kembar Theres-Piedro.

Novel ini mengandung unsur sejarah-fiksi dengan drama kehidupan yang dibumbui nuansa melankonis yang menguras emosi. Permasalahan itu muncul ketika Karlos Mawira, ayahanda dari Shalom pergi tanpa meninggalkan jejak setelah hendak pergi melaut tengah malam. 

Kejadian naas itu berlangsung pada saat Shalom Mawira tengah menginjak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan cukup menimbulkan duka mendalam bagi keluarga kecilnya. Tetapi lain hal nya, Shalom Mawira digambarkan sebagai sosok perempuan yang tangguh dan tidak pernah takut. Setiap hari nya, ia masih menunggu kehadiran sang ayah di tengah-tengah jalan kecil menuju laut yang biasa orang asal Sangihe sebut dengan 'Lorong'.

Setelah dilanda kesedihan yang mendalam, muncul permasalahan baru ketika sebuah perusahaan penambang emas berusaha merampok kekayaan alam di pulau Sangihe. Situasi ini memicu berbagai perlawanan dari penduduk pulau Sangihe, yang berusaha untuk mempertahankan kekayaan alam dan tanah kecintaannya dengan berbagai cara, termasuk melalui upaya mediasi. Namun sayangnya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Tetapi hal itu tak membuat seorang Shalom Mawira dan penduduk Sangihe gentar. Mereka tetap mempertaruhkan segala apapun dengan berbagai cara yang mereka bisa lakukan. Mengerahkan segala waktu, uang, tenaga, juga kebebasan mereka.

Dalam novel yang berjudul Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut ini, saya menemukan sebuah peribahasa yang cukup menarik pada halaman 68. Yaitu "Mau suka jadi pupuk" yang artinya menunjukan kecintaan suku Sangir pada tanah mereka, sehingga sampai mati pun mereka ingin dikuburkan di sana agar jasadnya dapat dijadikan penyubur tanaman mereka.

Dian Purnomo memiliki karakteristik gaya bahasa tersendiri dalam menggambarkan alur cerita, tokoh, kepribadian karakter tokoh, hingga alur cerita yang ditampilkan penulis melalui penjelasan narasi ataupun dialog. 

Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong menuju Laut ini menampilkan fenomena yang terjadi pada sebuah kepulauan di Indonesia yaitu Sangihe dengan penggunaan bahasa daerah yaitu bahasa Sangir. Yang membuat penulis mengangkat salah satu kebudayaan dan tradisi yang ada di sana. Hal ini membawa sebuah fenomena bahasa daerah yang turut berkontribusi dalam cerita.

Dian Purnomo juga menampilkan alur cerita yang disusun rapih dan epik sehingga pembaca dapat menikmati dan memahami betul isi dari cerita tersebut. Tak hanya itu, ia juga menggunakan beberapa majas dalam karya karangannya. Yaitu majas penegasan, majas sindiran, dan majas pertentangan. 

Selain itu, ternyata Dian Purnomo juga menggunakan aspek citraan dalam menuangkan penggambaran karyanya. Aspek citraan yang digunakan meliputi penglihatan, pendengaran, dan rasa. 

Dalam penokohan cerita dalam karya-karyanya Dian Purnomo kerap kali menjadikan tokoh perempuan sebagai tokoh utama dalam karangan nya, dan akhirnya ia manfaatkan kesempatan menulisnya untuk menggambarkan perjuangan perempuan dalam wujud karangan sebuah novel.

Tak banyak yang mengetahui atau bahkan mengenal nama pulau Sangihe ini, padahal pulau ini menyimpan sejuta pesona dan kekayaan alam di dalamnya. Dengan pengambilan latar yang beragam membuat novel ini semakin menarik, karena pada novel ini Dian Purnomo membawa kita berpetualang dengan menyajikan beberapa dokumentasi keindahan kepulauan Sangihe yang ditempati oleh mayoritas Suku Sangir, yaitu kelompok etnis dari Indonesia yang menghuni di kepulauan Sulawesi Utara.

Dokumentasi itu ia abadikan ketika ia sedang melakukan perjalanan observasi ke kepulauan Sangihe. Beberapa dokumentasi yang diabadikan diantaranya adalah potret pulau-pulau kecil disekitaran Sangihe, potret penduduk Sangihe sedang menari ketika upacara adat, bahkan potret ketika warga Sangihe berbondong-bondong menghadapi sebuah alat berat, yang kabarnya merupakan peristiwa ketika penduduk sedang melakukan perlawanan kepada pihak perusahaan penambang emas tersebut.

Novel ini sekaligus menyisipkan sedikit sejarah di Indonesia mengenai kepulauan Sangihe, ketika penduduk kepulauan Sangihe menuntut perusahaan tambang emas yang menginginkan kekayaan alam di sana demi kepentingan kelompok. Tindakan itu memicu perlawanan dari berbagai penduduk, dikarenakan mereka di sana khawatir dengan adanya perusahaan tambang emas tersebut akan mengancam ruang hidup mereka dan merusak ekosistem juga keseimbangan alam pada tahun 2022 silam. 

Konon, perempuan dikatakan sebagai sosok yang paling terdampak dari persoalan Sangihe ini. Kehilangan hak atas tanah kelahiran merupakan salah satu motif utama yang mendorong perempuan-perempuan di sana untuk mengambil tindakan. Bagi mereka, tanah dan rumah bukan hanya sekedar properti. Tetapi juga merupakan suatu kehidupan yang harus dijaga layaknya bernyawa demi keberlangsungan hidup generasi Sangihe.

Kisah yang diangkat oleh penulis Dian Purnomo sangat inspiratif, sehingga membuat para pembaca secara tidak langsung dapat merasa tengah menjelajahi pulau Sangihe dan pada saat bersamaan merasa tengah berada di posisi tokoh utama.

Banyak nilai sosial yang dapat dipetik dari novel ini yaitu semangat juang dari tokoh Shalom Mawira yang digambarkan sebagai tokoh wanita yang tak pantang menyerah dan berkobar-kobar demi memperjuangkan tanah kelahirannya. Semangat penulis yang kokoh dalam menjadikan tokoh Shalom Mawira sebagai wanita tangguh, yang dapat berdiri sendiri memperjuangkan keadilan untuk tanah kelahirannya.

Novel ini dapat memberikan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat. Dian Purnomo berhasil menyajikan narasi dan dialog yang kaya dengan menggabungkan elemen sejarah, budaya, dan dramatisasi kehidupan yang ia sajikan dalam sebuah bentuk karangan karya sastra yang patut masuk ke list para pembaca. Jadi kira-kira gimana nih books lover, apakah kamu tertarik untuk menjelajahi dunia Sangihe melalui novel karangan Dian Purnomo ini? Tulis di kolom komentar ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun