Konon, perempuan dikatakan sebagai sosok yang paling terdampak dari persoalan Sangihe ini. Kehilangan hak atas tanah kelahiran merupakan salah satu motif utama yang mendorong perempuan-perempuan di sana untuk mengambil tindakan. Bagi mereka, tanah dan rumah bukan hanya sekedar properti. Tetapi juga merupakan suatu kehidupan yang harus dijaga layaknya bernyawa demi keberlangsungan hidup generasi Sangihe.
Kisah yang diangkat oleh penulis Dian Purnomo sangat inspiratif, sehingga membuat para pembaca secara tidak langsung dapat merasa tengah menjelajahi pulau Sangihe dan pada saat bersamaan merasa tengah berada di posisi tokoh utama.
Banyak nilai sosial yang dapat dipetik dari novel ini yaitu semangat juang dari tokoh Shalom Mawira yang digambarkan sebagai tokoh wanita yang tak pantang menyerah dan berkobar-kobar demi memperjuangkan tanah kelahirannya. Semangat penulis yang kokoh dalam menjadikan tokoh Shalom Mawira sebagai wanita tangguh, yang dapat berdiri sendiri memperjuangkan keadilan untuk tanah kelahirannya.
Novel ini dapat memberikan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat. Dian Purnomo berhasil menyajikan narasi dan dialog yang kaya dengan menggabungkan elemen sejarah, budaya, dan dramatisasi kehidupan yang ia sajikan dalam sebuah bentuk karangan karya sastra yang patut masuk ke list para pembaca. Jadi kira-kira gimana nih books lover, apakah kamu tertarik untuk menjelajahi dunia Sangihe melalui novel karangan Dian Purnomo ini? Tulis di kolom komentar ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H