Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... -

Kutipan Favorit: DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.Pdt.I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Konflik Indonesia di Antara FPI Maupun Freeport

16 Februari 2012   14:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34 4700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Nah, analisa yang disampaikan oleh pengamat intelejen sebelumnya diatas, menarik untuk di tarik hubungan antara pemerintah mengatur ulang freeport dan konflik yang muncul akibat FPI akhir-akhir ini. Tujuannya hanya satu, energi pemerintah habis urus konflik, sedangkan pengaturan kedaulatan ekonomi nasional terbengkalai. Atau, isu Papua merdeka terus " menyala" daripada sibuk atur freeport. Coba simak kecaman organisasi HAM di Amerika soal penembakan di kongres III Papua dan penembakan terhadap karyawan freeport yang mogok. Justru perhatian serius ke penembakan pada kongres III daripada penembakan di areal freeport.

Publik harus membuka mata agar jeli melihat konflik sistematis yang kerap muncul akhir-akhir ini. Penembakan di areal freeport belum reda, Aceh mau di obok-obok lagi, lalu maluku hendak panas lagi, sekarang muncul lagi FPI. Skenario konflik merupakan operasi intelejen asing yang tidak suka dengan kedaulatan ekonomi nasional Indonesia yang hari ini mau di atur ulang. Benih-benih reaksioner ormas-ormas tertentu yang terus di pelihara oleh asing, tak akan diam, tetapi terus menjadi kuda hitam bagi pengamanan aset asing di Indonesia.

Sekali lagi, Indonesia punya masa lalu tentang sejarah pemberontakan yang di beking oleh CIA, mari introspeksi dan evaluasi diri agar tidak mengulangi tragedi yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun