Mohon tunggu...
Arkian Widi
Arkian Widi Mohon Tunggu... Freelancer - mandalorian

a wandering digital bedouin.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mau Startup Lokal Go Nasional? Baca Tips Startup Nasional Andal Berikut Ini

4 Agustus 2021   16:49 Diperbarui: 18 Januari 2022   11:43 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sekitar tiga tahun lalu, seorang kawan semasa kuliah mengajak saya bergabung di sebuah perusahaan rintisan. Sebelumnya, kawan sudah punya lembaga kursus yang lumayan mapan berjalan. Startup besutannya ini berupa aplikasi media sosial yang mempertemukan guru dan murid beinteraksi dalam kelas-kelas privat. 

Dari Media Sosial ke Virtual Meeting

Dia juga mengintegrasikan sistem pembayaran yang memudahkan pengguna. Saya suka konsepnya, dan bergabung memperkuat tim hingga berhasil memperoleh angel investor. Namun sesuatu hal terjadi di tengah jalan. 

Pada 2019, seorang investor utama, pemilik lembaga pendidikan yang cukup terkenal, meninggal dunia. Manajemen lembaga tersebut harus merestrukturisasi pengeluaran yang ada. Termasuk memangkas pembiayaan untuk startup kami.  Walhasil, kami kehilangan investor andalan.

Aplikasi masih berjalan meski berat. Hingga suatu hari si kawan memutuskan untuk mengubah model bisnis dari media sosial menjadi layanan video meeting seperti Zoom. Inovatif, pikir saya. Kawan mampu beradaptasi dengan kebutuhan terkini. Dia menyampaikan berbagai potensi yang bakal diraih jika berhasil menggaet investor yang cukup. Ah, iya. Lagi-lagi itu tantangannya. Dia mengajak saya untuk fokus kembali memperkuat rintisan dengan model bisnis baru itu. Belum saya jawab tawarannya. Bagaimana, ya? Apakah kini saya bakal sama tabahnya seperti saat bootstrapping dulu?   

Dok. Pribadi (Zoom)
Dok. Pribadi (Zoom)

Bootstrapping dengan Tenggat

Bicara soal bootstrapping, saya teringat paparan Co-Founder & CTO WomenWorks Fransiska PW Hadiwidjana di salah satu webinar. WomenWorks adalah sebuah startup yang memfasilitasi para perempuan untuk bisa bertemu dan berkoneksi dengan perempuan lain yang lebih berpengalaman. Womenworks menyediakan jaringan dan program mentoring untuk tumbuh baik secara profesional maupun pribadi.

Bootstrapping  menjadi fase penting di mana tiap saat kita meyakinkan diri memastikan rintisan konsisten berjalan di jalur tujuan. Dalam prosesnya, insting survivalitas akan terlatih dengan selalu berusaha menembus batasan ketika dihadapkan tantangan. Di WomenWorks, Fransiska menerapkan apa yang disebut "ramen profitability". Istilah ramen menjadi simbol keteguhan founder meski tiap hari cuma makan ramen atau mi goreng. Ibaratnya. Metode ini memacu usaha rintisan berupaya survive dari transaksi itu sendiri tanpa fundraising atau investor. Apalagi visi dan misi WomenWorks tentang keperempuanan menyentuh banyak orang yang kemudian menawarkan diri menjadi relawan. Saat ini sudah ada lebih dari 20 volunteers yang memperkuat platform ini.

Namun, Fransiska tak menafikan, tiap orang memiliki kondisi yang berbeda.  Untuk itu, dirinya menyarankan kita juga memasang tenggat atau deadline. Misal, kita bikin batas waktu bootstrapping selama 1-2 tahun. Kalau tidak ada kemajuan, mungkin sudah waktunya mengambil keputusan besar yang menentukan. Karena, kadang ada gagasan namun pasar belum siap. Atau mungkin ada ide yang kurang tereksplorasi. Jadi, tidak apa mengubah model bisnis bila memang ada potensi yang lebih bagus.

"Jadi kalau misal ada yang tidak works, tidak apa. Move on, belajar dari mistakes-nya apa, dan be better next time," tandas Fransiska dalam LokalCorn Webseries "Pengembangan Ide Startup Lokal untuk Berkembang", Zoom Meeting, Selasa, 27 Juli 2021. 

Dok. Pribadi (Zoom)
Dok. Pribadi (Zoom)

Optimalkan Potensi Yang Dimiliki  

Pembicara berikutnya, Founder tokowahab.com William Sunito mengimbau para founder pemula untuk bootstrapping dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Jangan langsung berpikir harus menggaet investor besar di awal untuk bisa maju. tokowahab.com adalah toko online yang menyediakan bahan kue dengan harga terjangkau sehingga membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Saat mendirikan tokowahab.com, William memaksimalkan sumber daya yang ada. Yang penting  website bisa segera aktif dan diluncurkan. Ketika itu, tokowahab.com hanya dikerjakan dua orang yakni William, dan seorang kawan sebagai engineer. Tiap bulan William hanya punya 7 juta rupiah yang sebagian harus dialokasikan untuk gaji kawannya. Sementara dirinya belum bergaji. Hal ini berlangsung selama setahun. 

Latar belakang Willian yang berpendidikan keuangan turut memengaruhi manajemen menjadi efektif dan efisien. Di antaranya, Willian menganalisis return on invested capital (ROIC) dan future cash flow. Apalagi melihat potensi tokowahab.com yang ditunggu oleh pasar terkait kebutuhan di industri bakery dan pastry. Benar saja, tak lama sejak situs aktif, sudah datang pesanan dan pemasukan hingga perlu merekrut pegawai baru.      

"Setelah tiga bulan berjalan, tanpa marketing apapun, hanya SEO yang saya lakukan, sudah ada orderan. Dari situlah cash flow-nya keep on running," ungkap William.

Gaet Investor Untuk Scale up Yang Terukur 

Narasumber ketiga, Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah melengkapi, kalaupun tiba saatnya menggaet investor, pastikan investasi digunakan untuk membiayai rencana peningkatan startup lewat kalkulasi yang jelas dan terukur. eFishery adalah perusahaan aquaculture intelligence berbasis teknologi IoT. eFishery dikenal dengan inovasi yang diciptakan berupa alat pemberi pakan untuk ikan dan udang dengan berbasis internet.

Sebagai contoh, eFishery didirikan pada 2013 dan bootstrapping, hingga pada 2015 memutuskan untuk mendapatkan pembiayaan. Saat itu, Gibran menganggap pengembangan produk sudah siap menerima funding. Pembiayaan dianggap perlu ketika eFishery ingin membuat subscription model. Awalnya alat dijual di harga 5-6 juta rupiah. Lalu Gibran membuat model sewa. Orang bisa bayar secara berlangganan sebesar 300 ribu rupiah per bulan. Jadi funding digunakan untuk biaya produksi.

Namun Gibran ingatkan, fundraising datang dengan tanggung jawab besar. Kredibilitas sebuah startup dipertaruhkan lewat komitmen serius mengembalikan dana dengan valuasi.  Karena bagaimanapun fundraising ini adalah utang. Ilustrasinya, kalau startup memberikan 10 persen, cuma dapat 500 ribu USD. Kalau nanti perusahaan bernilai 1 miliar USD, 10 persennya senilai 100 juta USD, cuma buat mendapatkan 500 ribu USD.

"Jadi kalau kita percaya dengan company kita, itu harga mahal yang harus kita bayar," imbuhnya.    

Dok. Pribadi (Zoom)
Dok. Pribadi (Zoom)

Kiat Startup Berhasil Menarik Minat Investor            

Makin penasaran, engga sih, bagaimana kiat eFishery mampu menarik minat investor? Apalagi di tengah pesaing dengan lanskap bisnis yang sama. Gibran membagi tipsnya. Ada tiga hal fundamental yang membuat investor mau berinvestasi ke suatu startup, yakni Return, Risk, dan Liquidation. Tak hanya untuk startup, ketiga indikator ini  umum dipertimbangkan investor terhadap jenis investasi lainnya. 

Dari segi return, investor bakal melihat seberapa model bisnis bisa terukur (scaleable), dan seberapa besar pasarnya. Menurut teori, pasar senilai satu miliar dolar sudah cukup besar.  Kalau lebih rendah dari itu dianggap akan susah berkembang. 

Lalu, dari sisi risk. Seberapa besar risiko yang terdiri dari execution risk, regulatory risk, dan competition risk. Kalau ada risiko persaingan, investor akan melihat apakah model bisnis kita agak berbeda dibanding kompetitor, sehingga berpeluang memenangkan persaingan.

Kemudian, dari aspek liquidation, investor melihat ke exit plan strategy-nya. Mereka akan melihat apakah perusahaan rintisan ini bisa besar hingga ke Initial Public Offering (IPO).

Opsi Exit plan lainnya adalah Merger and Acquisition (M&A). Investor juga akan melihat apakah startup ini bisa cukup menjual dan bersinergi dengan tech company lain. 

Jadi, lanjut Gibran, investor bisa berinvestasi ke beberapa startup dengan lanskap sama, karena meski model bisnis agak berbeda satu sama lain, ada pasar yang cukup besar untuk multiple players bisa mainkan.  Atau di sisi lain, ada multiple winners yang bisa diakuisisi. 

"Maka, kenapa investor di startup dengan model bisnis yang sama, karena di satu titik bisa merger, bisa di-acquired, karena yang satu lebih besar," sebutnya.  

Dok. Pribadi (Zoom)
Dok. Pribadi (Zoom)

Analisis Pemodal Ventura Sebelum Danai Startup  

Senada dengan Gibran, Principal of Skystar Capital Juvenco Pelupessy mengungkapkan, hal terpenting yang dilihat investor dari startup di antaranya traction atau growth. Indikatornya tergantung dari masing-masing model bisnis. Hal ini disampaikan Juvenco dalam LokalCorn Webseries "Scale Up Bisnis untuk Startup Lokal", Zoom Meeting, Rabu 28 Juli 2021.  Skystar Capital adalah perusahaan modal ventura yang didukung grup perusahaan terkemuka dengan akses ke media, telekomunikasi, layanan keuangan, pertanian, perawatan kesehatan, produk dan layanan konsumen, perhotelan, dan sektor pendidikan.

Perusahaan rintisan yang layak didanai memiliki growth di level minimal 20% (month on month). Kalau perusahaan rintisan dengan model business to consumer (B2C) atau langsung ke konsumen, seperti skincare, make up, dan fesyen, maka growth ditandai oleh revenue.Sedangkan kalau model bisnis seperti markertplace, investor melihat growth dari indikator yang termasuk dalam North Star Metrics (NSM).

Jadi berapa batasan nominal funding yang bisa diraih startup? Juvenco mengatakan, jumlah pendanaan seyogyanya sepadan dengan rencana keuangan yang matang dari startup itu sendiri.  Karena itu, founder yang mengajukan pendanaan, biasanya sudah tahu kebutuhan dananya. Selanjutnya, founder akan menggalang dana dengan melihat bite-sized atau ukuran kantong dari masing-masing investor yang disasar.

Untuk meminimalisir risiko kegagalan investasi, analisis risiko pun dilakukan pemodal ventura. Pertama, dengan melihat latar belakang dan pengalaman si founder. Jangan sampai background-nya bertolak belakang dengan model bisnis yang dijalani. 

Kedua, investor melihat apakah model bisnis yang diajukan itu sudah pernah sukses di negara lain, setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Kalau iya, maka asumsinya, risiko akan lebih rendah. Rasionalitas pemikiran seperti ini yang selanjutnya dikonversi dalam hitungan keuangan.

 "Pemikiran seperti itu akan kita transkrip dalam angka-angka. Ada hitunganya," pungkas Juvenco.    

Melanjutkan bahasan exit plan suatu startup yang juga menjadi pertimbangan investor, Juvenco mencontohkan startup dengan model bisnis open banking. Perusahaan rintisan yang menjembatani retail fintech dengan bank ini akan bermuara pada M&A.

Sangat jarang bahkan belum ada model bisnis seperti ini bisa IPO. Sementara, di contoh lain, ada jenama make up atau skincare yang sudah dikenal dan dipakai banyak orang. Maka, exit plan untuknya adalah  IPO, karena akan banyak yang berminat membeli sahamnya.  

Dok. Pribadi (Zoom) 
Dok. Pribadi (Zoom) 

Wah, saya jadi punya wawasan dan insight segar untuk dibahas lebih lanjut bersama kawan saya itu. Jadi semangat merintis kembali. Yang jelas, di awal pendirian startup, ada beberapa pondasi yang perlu diperkuat, sebut narasumber kedua, Co-Founder Hijup Diajeng Lestari. Yaitu menentukan customer value proposition. Dari situ kita bisa mulai membangun branding yang meraih customer loyalty berupa profit, hingga berhasil mengumpulkan aset yang membangun nilai perusahaan lebih besar lagi.  Hijup adalah Islamic fashion e-commerce pertama di dunia dengan konsep online mall. Hijup menyediakan berbagai macam produk terbaik desainer fesyen muslim Indonesia.

Demikianlah. Bagaimana rekan pembaca yang budiman, masih mantap ingin mendirikan startup? Ada pengalaman lain terkait perusahaan rintisan yang bisa dibagi? Pas banget. Saya punya informasi menarik buat para usaha rintisan lokal yang mau naik kelas ke tingkat nasional.  

Webinar Series LokalCorn merupakan inisiasi Tribunnews.com bersama HP Indonesia. Acara ini bertujuan untuk memberikan dampak positif di masa depan melalui teknologi sebagai pilar terpenting untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik. Terbukti startup nasional inspiratif ini mampu memecahkan masalah di masyarakat lewat inovasi teknologi. 

Adapun para narasumber  yang tergabung dalam rocket teams ini bakal menjadi mentor di ajang LokalCorn, kolaborasi Tribunnews dan HP Indonesia. LokalCorn merupakan kompetisi para startup lokal yang saling unjuk gigi demi merebut kesempatan modal usaha senilai puluhan juta rupiah.  Saya pun menyampaikan peluang ini kepada kawan saya itu untuk bergabung. Kini saatnya startup lokal go nasional. Rekan-rekan pembaca juga tertarik? Langsung daftarkan startup kebanggaanmu di: hp-lokalcorn.tribunnews.com  

Instagram: LocalCorn
Instagram: LocalCorn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun