Mohon tunggu...
Arki R Warsito
Arki R Warsito Mohon Tunggu... profesional -

Wasekjen merangkap Juru Bicara Presiden Forum Alumni IT Telkom

Selanjutnya

Tutup

Money

Menjaga Stamina Bisnis Startup

22 September 2012   16:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy


  1. Bisnis Situasi: Beberapa Venture Capitalist cenderung untuk berinvestasi dalam ide-ide baru, atau perusahaan pemula. Lainnya lebih suka berinvestasi di perusahaan mapan yang membutuhkan dukungan untuk go public atau tumbuh.
  2. Berinvestasi hanya pada industri tertentu.
  3. Beroperasi secara lokal sementara yang lain beroperasi secara nasional atau bahkan global.
  4. Variasi Harapan VC. Beberapa mungkin ingin lebih cepat melakukan penjualan publik atau mengharapkan pertumbuhan yang cepat. Jumlah bantuan yang disediakan VC dapat bervariasi.

Dari analisis terhadap kondisi perusahaan yang akan diberikan injeksi dana, kemudian VC memilih diantara faktor-faktor tersebut yang tepat bagi perusahaan yang akan diberikan modal usaha.

Startup Menghadapi Tantangan Business as Usual

Fenomena kemunculan startup yang menghebohkan, telah membuat para pelaku bisnis startup tenggelam dalam euphoria. Berbagai media bahkan menaruh perhatian terlalu berlebihan atas kemunculan pelaku bisnis startup dan memperlakukan mereka seperti selebritis. Padahal sebagian besar dari mereka baru saja memulai, namun dengan adanya liputan yang intens di media, para pelaku startup tak jarang yang memoles cerita bisnisnya menjadi sedemikan fantastis, walaupun realita menunjukkan hal yang berbeda. Akibatnya, sebagian besar pengelola startup yang dulu turut menikmati euforia peliputan oleh media, kini tidak pernah lagi terdengar. Sebagian ada yang berhenti di tengah jalan, sebagian lagi tengah mati suri, dan sisanya sedang sibuk membenahi perusahaan sehingga tengelam dalam era business as usual, yang tidak mencirikan high growth perusahaan startup pada awal berdirinya.

Diperkirakan pada saat booming kemunculannya, lebih dari seribuan perusahaan startup yang terbentuk di Indonesia. Saat itu seperti masa subur bagi kelahiran bisnis startup. Ternyata tidak hanya perorangan yang tertarik, grup usaha besar pun ikut mencoba peruntungan di bisnis digital startup. Djarum Group misalnya, membentuk Global Digital Prima dan membentuk unit bisnis incubator bernama Merah Putih Inc (MPI). Beberapa startup local diakuisisi menjadi binaan MPI, salah satunya Kaskus dengan nilai akuisisi 500 Miliar rupiah. Begitu juga Grup Kompas, tidak ketinggalan mengakuisisi Urbanesia dari tangan East Ventures internasional. Lalu diikuti dengan Akuisisi Detikcom, perusahaan berita yang berawal dari level startup, diakuisisi Para Group senilai 640 Miliar rupiah. Sekaligus menjadi nilai akuisisi bisnis dot.com yang terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Menurut para pengamat, kemunculan bisnis startup sedang melambat dikarenakan banyak yang menyadari bahwa membuat bisnis startup tidak gampang. Dari mulai perencanaan sampai aplikasi harus digarap dengan serius. Bahkan beberapa startup yang 2 tahun lalu menjadi juara kompetisi malah sudah tidak terdengar lagi. Banyak dugaan hal ini dikarenakan beberapa ide bisnis startup tidak feasible. Dampaknya, tidak ada investor yang bersedia membiayai bisnis tersebut, dan akhirnya  dana pengembangan bisnis owner habis.

Industri startup kini memasuki fase realitas. Dimana kenyataan meminta pelaku bisnis startup untuk melakukan business as usual, tidak sekedar mengurusi trafik, popularitas, kecanggihan, atau publikasi media. Tuntutan untuk mengelola pemasaran, keuangan, SDM dan aspek manajerial bisnis lainnya juga muncul menjadi prioritas untuk diperhatikan oleh pelaku bisnis startup agar bisnis dapat berkembang.

Akan tetapi, tak jarang kesibukan dalam mengelola perusahaan membawa pelaku bisnis startup menjadi takjub pada hitungan melangit di atas kertas business plan. Disamping itu, pekerjaan mengelola perusahaan ternyata telah membuat visi sebagian besar owner bisnis startup menjadi terlupakan. Inilah yang menjadi salah satu faktor kegagalan perkembangan bisnis startup.

Menurut Rhenald Kasali, agar senantiasa bertahan, tumbuh, dan berkembang maka bisnis startup semestinya memiliki empat komponen penting, yakni:


  1. Kemampuan teknis personil inti
  2. Jiwa kewirausahaan, penuh inovasi
  3. Kemampuan manajemen professional
  4. Jaringan, termasuk financial network

Bisnis startup tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan teknis, karena suatu saat akan terhenti pada kesibukan mengembangkan produk, yang belum tentu menarik pembeli. Sedangkan uang untuk menjalankan bisnis ini jelas tidak kecil. Belajar dari detikcom, yang merupakan perusahaan startup di era 2000-an. Detikcom bisa membesar karena aspek manajemen professional dalam menjalankan bisnis turut diperhatikan. Sehingga, akuisisi detikcom oleh Para Group pun menjadi yang terbesar dalam sejarah akuisisi bisnis digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun