Sudah dilantik dan menjalankan tugasnya sebagai presiden, malah pelemahan lembaga timbul dimana-mana paska 100 hari kerja. Tak saja organisasi HAM yang terbelah dua dalam kasus Panaia, sebut saja parpol bernama Golkar, PPP dibelah, walaupun PPP dan golkar sudah mendapat hak hukum mereka dari pengadilan. Sementara DPR pun sudah kembali membaik dari mogok dua kubu disana. Kemudian KPK vs POLRI yang hendak diatasi dengan kepemimpinan sementara dua lembaga itu (Wakil POLRI vs Plt. KPK).
Ibarat Rusa masuk kampung, begitulah penilaian masyarakat dan politisi terkait kepemimpinan Jokowi. Mereka bilang, Jokowi ini orang baru di istana dan politik sehingga tidak begitu sanggup atasi masalah. Karena baru berkuasa, wajar saja persoalan tidak semudah tuntas akibat perlu penyesuaian.
Bila dirunut, 100 hari Jokowi untuk urusan kemanusiaan begitu lemah. Berani menegakkan hukum pada kasus Narkoba, tetapi tidak peka pada warganya di Papua yang ditembak. Berbagai pihak menyebut TNI atau POLISI pelaku penembakan, tapi untuk menangkap pelakunya belum ada.
Berani menolak intervensi asing (eksekusi mati WNA Brasil-Ausie), Jokowi justru lemah hadapi perusahaan asing sebab dia sendiri yang menunjuk kemudahan bagi investor. Malah, begitu mudahnya teken kerjasama asing dibawah komando rivalnya baik di parpol maupun kerabatnya.
Grasi untuk gembong narkoba demi kemanusiaan sudah ditolak, apalagi inginkan penegakan HAM pada tragedy Paniai? Jokowi!
Terkait:
bank-dunia--bantuan-tsunami-australia-tidak-sampai-ke-aceh
farhat-abbas-yang-mengembalikan-koin.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H