![Penari Gandrung Banyuwangi. Dok. Yuni Artika.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/11/capture-jpg-59de167f46b8d7064b7a5a92.jpg?t=o&v=555)
Entahlah, namun perlu dikemukakan dalam tulisan ini sebelumnya memang ada protes dari beberapa pihak. Katanya budaya dan tradisi di Banyuwangi –mulai dari Kebo-keboan hingga Gandrung Sewu– kebanyakan bernuansa Hindu. Sehingga kemudian munculah gagasan agar di bagian openingserta closing Gandrung Sewu dibubuhi Sholawat. Bahkan untuk perhelatan Gandrung Sewu di tahun yang akan datang, semua penari diharuskan mengenakan kebaya.
Hindu Disinggung
Saya tidak habis pikir dengan gagasan tersebut. Apakah belum cukup dengan penggunaan manset yang memberi kesan, penari Gandrung sekarang terlihat kemayu (genit dan manja) karena tersengat matahari sedikit saja tidak mau? Terus, mengapa Hindu disinggung dan dijadikan alasan untuk melegalkan kebijakan tersebut?.
Apakah budaya dan tradisi asli jika tidak dibubuhi ornamentasi islami akan memberikan efek negatif bagi yang menikmati? Begitu burukkah warisan budaya yang dimiliki Nusantara sebelum kedatangan musafir dari Arab dan Persia? Tidak hanya kali ini saja Hindu disinggung dengan seenaknya. Kemarin di media massa santer terdengar pernyataan Egi Sujana yang membuat kami meradang. Selain itu, akhir bulan lalu akan diadakan pergelaran musik cadas dengan memanfaatkan Candi Prambanan. Padahal candi tersebut dari dulu sampai sekarang masih disakralkan oleh masyarakat Hindu di Indonesia.
Fakta-fakta sosial semacam itu memang sempat membuat kami (umat Hindu) gelisah. Namun, meski berulangkali disinggung dan bahkan ditampar sekalipun tidak lantas mendorong kami melakukan aksi anarkis. Bagi kami tidak ada gunanya membalas kekerasan dengan kekerasan. Karena pada dasarnya seluruh dunia ini adalah satu keluarga tunggal (Vasudaiva Kutumbakam). Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI