Mohon tunggu...
Jingga Kelana
Jingga Kelana Mohon Tunggu... Arkeolog -

Lulusan Program Studi Arkeologi, FIB Udayana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Majapahit, Sapi Dikonsumsi dan Perempuan Dihargai

30 Juni 2017   02:00 Diperbarui: 30 Juni 2017   09:05 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

duduk bersila saling bertumpu

dua untai kalung melilit di lehernya

temuan kuno di candi gumpung

......

maka, lekas kuukir ribuan wajahmu

dengan pallawa

Rini ingin mengatakan sebuah arca selain mengalami korosi akibat cuaca, juga dapat hancur karena ulah manusia, hal ini terbaca dalam ungkapan //aku melihat bayang wajahmu/ mengganti kepala prajnaparamita/ dengan setangkai padma di sisi arca/... dan memang ada sejumlah arca baik di Jawa maupun Sumatra yang dibubuhi inskripsi-inskripsi kuno, sebagai cerminan situasi sosial-politik pada zaman itu.

Tribhuwanottunggadewi dalam Imaji

Sebenarnya kajian arkeologi yang dihasilkan oleh arkeolog dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan intepetrasi tentang kehidupan masa lalu. Kemarin ketika pelaksanaan Dharma Shanti Nyepi 1939 Saka Tingkat Provinsi Jawa Timur, saya mendapatkan kepercayaan dari panitia untuk menulis skenario sekaligus menjadi sutradara tari kolosal. Kesempatan emas itu saya jadikan sebagai media publikasi dan sosialisasi tentang narasi sejarah Majapahit berdasarkan data arkeologi yang valid.

Akhirnya setelah merenung dan mencari referensi sejenak, saya memutuskan untuk mengangkat ketokohan dari Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddani dalam kancah perpolitikan Majapahit dan tari kolosal itu berjudul "Kidung Maha Wilwatikta". Sebagaimana diketahui bahwa dalam cerita maninstream yang diangkat ke dalam teater rakyat seperti Janger ala Banyuwangi dan Ketoprak, sosok Ratu Kencana Wungu sangat populer sebagai ratu Majapahit, padahal tokoh itu diangkat hanya berdasar pada gugon tuwon yang berkembang dari mulut ke mulut saja.

Ketika memerintah Majapahit, Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddani dibantu oleh suami dan sejumlah punggawa seperti Gajah Mada dan suaminya Krtawarddhana. Selain itu, sang ibu Gayatri tidak lupa selalu membimbing anaknya tersebut agar menjadi seorang pemimpin yang bijak dan bajik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun