pulanglah, tanah pilih merindukanmu!
Dilihat dari makna yang terbaca dalam puisi tersebut memperlihatkan kerinduan Rini yang sangat dalam kepada tanah kelahirannya. Menurut saya, puisi ini unik karena disusun dari kalimat "di tanah pilih pesako". Kelihatannya gadis yang memiliki akun instagram @puanswarnabhumi ini memikirkan puisi ini dengan matang.
Demikian pula dengan judul lain yang terdapat nuansa arkeologinya, ia sangat hati-hati dalam memilih diksi. Sederhana dan mudah dipahami seperti ini, //ragaku adalah pecahan arca yang korosi oleh cuaca/ cagar budaya di masa lalu//. Dari penggalan puisi berjudul "Makara" ini pembaca mendapat informasi bahwa sebuah arca apabila terlalu lama diletakkan di ruang terbuka dapat mengalami pelapukan atau pun pengapuran karena cuaca, yang diistilahkan "korosi" dalam puisi bersampul biru muda itu.
Tidak jarang pula ketika membaca, saya menemukan kesan romantisme dan sindiran pedas seperti yang terbaca dalam puisi berjudul "Prajnaparamita" berikut:
......
kematian itu seperti rindu
......
prajnaparamita menertawaiku
lengking suaranya seperti cadas
arca tanpa kepala dan dua tangan