Agil alias arab gila atau aki aki bugil yang melihat Markonah hendak memukul lelaki tambun yang disangkakan sebagai Dupret suami sirinya segera berkelebat dengan kecepatan cahaya untuk menghalau terjadinya hil mustahal yang tidak diinginkan. Cengkeraman tangan Agil mampu meredam amarah Markonah. Sembari menenangkan, Agil menggandeng Markonah untuk menjauh dari lelaki tambun yang nampak masih tak kuasa menahan kejut karena kejadian tak terduga tersebut. Setelah Markonah tenang, kemudian Agil menghampiri lelaku tambun tadi.
"Kisanak, harap maafkan teman saya". Ucap Agil seperti dialog dalam film kolosal jadul Indonesia.
"Iya pak. Saya tidak apa apa kok. Mungkin kalau tidak ada bapak saya sudah masuk tukang urut". Jawab si lelaki tambun dengan mimik muka ndobleh.
"Untunglah kalau kisanak tidak apa apa. Terima kasih kisanak sudah berjiwa besar dan tidak marah dengan teman saya". Sambung Agil sambil hatinya bertanya tanya, kenapa dirinya memanggil lelaki tambun tersebut dengan panggilan kisanak segala.
Kita skip kejadian di warteg 'pokoke madhang' yang menjadi warteg terbaik versi majalah 'Tegals daily' ini. Kita beralih ke sebuah rumah kost di pinggiran kota. Di rumah sederhana yang berhorden kain sarung ini tinggalah pasangan tak resmi Dupret dan sang kekasih yang disinyalir sebagai selingkuhannya.
"Sayangku, cintaku, permataku. Dengarlah abangmu berkata, selama KUD maupun KPUD belum meresmikan pasangan nikah beda usia abang tak akan pernah meninggalkanmu. Walau dandang di dapur bergoncang karena lindu, walau piring seng berterbangan karena angin puyuh, abang akan selalu mendampingi dinda, baik dalam duka maupun musibah". Gombalan Dupret yang lupa menyertakan suka, hanya duka dan musibah, pantesan apes mulu. Wkwkwkwk.
"Dinda percaya kok bang?". Jawab si wanita yang sampai tulisan ini dijadikan bukupun belum terkuak siapa adanya. Dupret membathin, "aneh, arke nulis cerita gini di jilid pertama gue dipanggil prat pret aje sama selingkuhan gue, nah sekarang kok dipanggil bang sih? Mana gue nya ikutan manggil dinda lagi. Gak konsisten banget nih sutradara koplak". Keduanya hening sesaat. Mendadak terdengar bentakan bentakan dari luar rumah yang memecah keheningan.
"Para penghuni rumah. Diharap segera keluar dengan tangan di atas, jangan ada yang berani macam macam karena rumah ini sudah kami kepung!!".
Mendengar teriakan cetar membahana di luar, Dupret segera mengintip di balik kain sarung yang jadi kelambu jendela. Ia melihat beberapa pria berbadan tegap berambut cepak berdiri membentuk setengah lingkaran dalam posisi mengurung rumah kost tempatnya ngumpet.
"Gawat dinda!". Berkata Dupret kepada wanita selingkuhannya.
"Gawat kenapa bang?". Sang wanita terkejut dengan alis terjungkat mendengar kata kata Dupret.
"Gawat. Orang orang dealer yang diketuai oleh Benyu bin Febrianov bin Dwigrepong bin Nueystres bin Revaputra Rampisela tahu persembunyian kita berdua". Jawab Dupret dengan bibir bergetar, gigi bergemeletakan, dada turun naik, nafas tersengal sengal.
"Loh bang? Setahu dinda debt collectornya cuma dua orang, itu kok banyak amat?". Tanya sang wanita sembari menaikkan lingerienya agak ke atas.
"Itu urutan nasabnya dinda. Jadi si fulan bin fulan gitu ala ala arab". Jawab Dupret menjelaskan yang tentu saja tetap tidak dimengerti oleh si wanita yang cuma jebolan TK swasta, itupun DO.
Sementara di tempat lain, Markonah dan Agil yang sedang dalam perjalanan ke barat untuk mengambil kitab suci. Eh, perjalanan dalam rangka menyusuri jejak Dupret dikagetkan dengan bunyi ringtone tarling Indramayuan dari stupidphone nya Markonah yang langsung saja menepikan motornya dan berhenti di bahu jalan.
"Telpon dari siapa Kon. Tolong dilotspiker bene inyonge melu krungu". Pinta si Agil dengan logat Irlandianya yang ngapak.
"Halo. Siapa ini?". Suara cempreng Markonah menyapa sang penelpon.
"Halo. Iya ini saya mbake. Mbake masih ingat sama saya ndak?". Balas suara di balik telepon.
"Lah, memangnya saya memori card disuruh ngingat ingat?". Bentak Markonah agak kesal.
"Ini saya mbake, Benyu bin Febrianov bin Dwigrepong bin Nueystres bin Revaputra Rampisela. Kabag penitipan helm dari dealer 'sopo nyono".
"Owalah Benyuuu! Saya kan sudah bilang berkali kali kalau saya akan melunasi motor setelah saya mintakan duit sama suami siri saya. Lah ini belum juga genap duapuluh hari sejak kamu nagih sekarang sudah nagih lagi!". Hampir saja Markonah membanting stupidphone nya kalau tidak ingat dia belum menyelesaikan game candy crush yang setiap malem jumat dimainkannya.
"Saya menelpon mbake bukan mau nagih, melainkan untuk mempertemukan mbake dengan mase yang bernama Dupret Jahanambali. Kami berhasil menemukan persembunyian Dupret dan akan menagihnya secara halus, jika terpaksa kami akan menyita motor maticnya". Mendengar jawaban di balik telepon yang ternyata Benyu adanya yang merupakan kepala bagian penitipan helm di sebuah dealer, Markonah dan Agil sepakat segera meluncur ke TKP (tempat ketemunya pretdupret).
skip... Wusss....
Sesampainya Markonah dan Agil di TKP, mereka disambut dengan senyum kecut para tukang tagih yang rerata bermuka sangar dengan tatto tulang ikan di lengan. Markonah tersenyum ramah dan melambaikan tangannya ke arah Benyu yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Benyu. Akhirnya Markonah mengalah lalu melangkah mendekati Benyu dengan disaksikan sorot mata genit tukang tagih yang kesemuanya adalah duda tapi gak keren.
"Sesuai perjanjian kita tempo hari mbake, jadi jika kami berhasil menemukan Dupret mbake harus menepati janji untuk segera menyerahkan motor yang mbake pakai dan belum lunas itu, sekalian motor matic yang dipakai sama Dupret Jahanambali". Markonah mengangguk namun hatinya jengkel karena ternyata gentonya tukang tagih ini jalan juga otaknya.
Tak butuh waktu lama, setelah merasa bingung karena jelas no way out, Dupret memutuskan untuk keluar rumah. Namun semua yang ada di situ menjadi tercengang karena ternyata Dupret keluar hanya seorang diri. Lalu di manakah pasangan Dupret yang juga dicari oleh Markonah, sedangkan Benyu mengincar motor maticnya untuk disita.
"Mana motor maticnya?". Bentak Benyu tanpa tedeng aling aling. Belum sempat Dupret menjawab, Markonah ikut membentak.
"Dupreeeettttt! Kamu boleh tinggalkan aku. Tapi kumohon, lunasilah kekurangan cicilan motor yang tinggal empat bulan ini. Aku rela kau putuskan hubungan ini, tapi tolong jangan kau putus setoran motor ini". Mendengar suara Markonah yang agak mengendur, Dupret pun menghampiri wanita yang pernah dinikah siri itu lalu memeluknya. Dengan suara serak serak bantal Dolly Dupret berbisik;
"Markonah. Maafkan aku. Aku ingin sekali menutup setoran motor, namun apa daya duitku sudah habis untuk ngredit motor lagi".
Plakkk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Dupret. Tamparan itu bukan dari Markonah, namun dari seorang wanita yang tiba tiba sudah berdiri di sisi kiri kedua insan koplak yang tengah berpelukan dan berbisikan kata.
"Pantesan! Selama ini kamu ngajak aku pindah pindah tempat tinggal. Rupanya kamu tipe lelaki yang tidak bertanggungjawab. Nanggungnya ogah pinter njawab doang". Wanita misterius yang ternyata selingkuhan Dupret memaki setelah menampar pipi kiri Dupret, lalu ia menoleh ke arah Benyu dan rombongan, lalu melemparkan kunci kontak kepada Benyu sembari berucap, "silahkan ambil motor matic lelaki brengsek itu!".
Benyu dan rombongan pun tak mau membuang waktu, mereka segera mengambil dua unit motor yang dibeli Dupret dengan cara kredit tapi macet untuk disita. Markonah kemudian melangkah meninggalkan Dupret diikuti Agil yang masih kebingungan karena dirinya dilibatkan ke dalam sebuah cerita tapi ora nggenah soal apa ceritanya.
Tamat.
Salam ngawuria...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H