Mohon tunggu...
Arke
Arke Mohon Tunggu... karyawan swasta -

2 + 2 = 5

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Markonah dan Problemnya (Jilid Dua)

19 Mei 2016   12:20 Diperbarui: 29 Mei 2016   05:55 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar koleksi pribadi

Kisah sebelumnya: http://www.kompasiana.com/arke801/markonah-dan-problemnya_573a9a9f0d97730105033b85

Sengat mentari yang mulai memanasi jagat seperti melumerkan aspal jalanan yang membelah kampung 'antigusur' yang ditempati Markonah. Sepanjang jalan Markonah tidak bisa diam, sementara tangan kanan terus memuntir gas motor tangan kiri Markonah tak henti hentinya membetulkan letak kutangnya karena terburu buru saat meninggalkan rumah sehingga Markonah lupa untuk mencangkolkan kancing kutangnya sebelah kiri. Sesampainya si sebuah jalan Markonah menghentikan motornya, matanya yang belok menatap tajam pada seonggok gumpalan benda aneh yang mengeluarkan asap di tengah jalan. Dengan laju motor dijalankan perlahan Markonah melewati benda misterius tersebut. Sekira jangkauan satu meter Markonah tertawa kecil sembari berucap, "hufft, rupanya ada ranjau darat menyaru kotoran kerbau untuk menjebak perjalananku ini". Rupanya Markonah kegeeran dengan kotoran kerbau di tengah jalan dan membuatnya bersu'udzon ria tanpa sadar, bener bener somplak!

Di satu tempat Markonah kembali berhenti, kali ini ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Orang tersebut adalah lelaki setengah buaya, eh setengah baya. Namanya Agil alias Arab Gila. Agil terkejut ketika mendapati dirinya yang tengah jalan jalan siang dipepet oleh pengendara motor dengan helm fullface menutupi seluruh kepalanya. Agil sempat berfikir dia akan dibegal, namun kemudian Agil bisa bernafas lega ketika si pengendara motor membuka kaca helm cakilnya dan menyapanya, "kooong! Where have you been? I miss you tauk!".

"Heh? Kaukah itu Konah?! Amanjiiiing... Bener bener sebuah kebetulan yang mengagetkanku" Dihampirinya Markonah lalu dijabat erat tangannya seperti ia menjabat tangan calon bupati.

"Mau kemana kong?". Tanya Markonah kemudian.

"Ah, aku? Aku mau ke warteg 'pokoke madhang' di sudut jalan sono, mau sarapan". Jawab Agil sambil tak henti hentinya berucap syukur dalam hati bahwa Markonah pasti akan mentraktirnya ke warteg.

"Ayuk barengan kong sama saya, kebetulan ada yang ingin saya bicarakan sama kong Agil. Ntar saya yang traktir deh, kebetulan saya juga belum sarapan". Mendengar ucapan Markonah rasanya si Agil ingin berjingkrak lalu salto dan melakukan joget Cesar disambung Gangnam style, harapannya untuk makan gratis di warteg akhirnya terkabul. Amanjiiiing!

Tanpa basa basi dan tanpa tahu malu Agil segera naik ke jok motor di belakang Markonah dan langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Markonah yang dibalas makian panjang pendek oleh Markonah.

"Aduh kong, meluknya jangan kencang kencang dong, ntar saya gak konsen mengemudinya". Gerutu Markonah yang dijawab dengan tawa terbahak Agil, keduanya segera meluncur ke warteg 'pokoke madhang' yang memang menjadi warteg terbaik versi majalah 'Tegals Daily'.

Setelah menghabiskan menu sarapan, Markonah masih menunggu Agil yang masih lahap menjilati tulang ikan kakap yang disantapnya. Setelah Agil menyelesaikan makan barulah Markonah mulai bertanya.

"Kong... Kok tumben sampeyan gak bareng Dupret?". Agil mengerenyitkan keningnya sesaat karena tidak menyangka akan ditanya seperti itu.

"Aku malah yang seharusnya nanya ke kamu Konah. Setelah kalian menikah diam diam aku tak pernah lagi melihat Dupret, hanya Gori yang sering aku jumpai kala wara wiri nawarin ke aku sendal hasil nuker di masjid".

"Ada masalah apa Konah?". Sambung Agil sembari menjilati jarinya yang masih berasa kakap panggang.

"Dupret menghilang kong. Sudah enam bulan Dupret meninggalkan saya tanpa kabar tanpa berita... Saya merasa tertipu kong". Setelah berkata demikian Markonah terisak isak, namun masih bisa menahan airmatanya untuk tidak tumpah.

"Aku tidak tahu harus berkata apa Konah. Aku turut bersimpati, apapun masalah kalian semoga cepat ditemukan titik terang". Markonah terdiam sejurus mendengar ucapan Agil yang sudah dianggap seperti kakenya sendiri itu.

Setelah membayar ke kasir warteg, Markonah dan Agil segera menuju parkiran motor. Helm cakil kembali dikenakan dan motor mulai distarter. Namun belum sempat Markonah menjalankan motor, sepasang matanya yang belok menangkap pemandangan ganjil di depannya. Seorang lelaki agak tambun dengan perawakan mirip copet dan mengendarai motor matic berhenti di depan warteg di mana dirinya dan Agil menyelesaikan sarapan siang mereka. Markonah segera beranjak dari motor dan meninggalkan Agil yang kerepotan menjaga keseimbangan karena posisi kaki Agil yang satu menginjak tanah satunya sedang ngangkang bersiap untuk melangkahi jok motor. Beruntung Agil pernah tinggal di Cimande dua bulan sehingga iapun bisa menghindari celaka karena terjatuh dari motor yang berhenti. Amanjing!

Lelaki yang baru memarkir motor maticnya dibuat terkejut manakala sebuah dampratan meluncur dari seseorang yang mendadak berada di sampingnya. "Dupret penipu sialan! Lelaki tak tahu diuntung! Kau tinggalkan diriku seperti kau meninggalkan MCK setelah kau puas menduduki closet di dalamnya!"

Lelaki tambun tadi hanya terdiam seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Masih bersikap tenang, lelaki tambun tadi dengan tangan kananya berusaha untuk menghalau Markonah yang mulai mendekat dengan tinju terkepal.

"Tunggu tunggu! Siapa kamu? Tiada hujan tiada angin kenapa tiba tiba kamu memakiku?!". Markonah tak peduli, ia malah semakin mendekat dan berusaha memukul kepala lelaki tambun yang disangkanya sebagai Dupret pasangan nikah sirinya. Melihat kejadian tersebut, Agil yang sudah memastikan keadaan motor aman langsung menghampiri Markonah dengan langkah besar.

"Markonah tunggu!". Teriak Agil sampai gigi palsunya terlepas.

Emosi Markonah yang memuncak karena melihat lelaki tambun tersebut membuat Markonah lupa daratan, makian dan sumpah serapah terlontar tanpa kendali dari mulut kering Markonah. Bahkan helm cakil yang dipakai untuk melindungi kepalanya sempat jadi bumerang saat Markonah meludah namun kelupaan buka face helm cakilnya. Kejadian itulah yang konon menjadi cikal bakal peribahasa 'pantang menelan ludah sendiri'.

Siapakah lelaki tambun yang mengendarai motor matic dan disangkakan sebagai Dupret oleh Markonah sehingga dilabraknya?

Bersambung...

Salam gombal..

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun