Ada dinding di dalam dirinya
kokoh tak mampu ia robohkan
Bahkan dengan kelembutan suaraku yang paling pelan
Dengan sabar jemariku mengetuk
Ia tetap menjaganya tanpa rasa kantuk
Aku melihat lelah dimatanya
Bersembunyi di balik senyum yang dipaksakan
Ada badai yang ingin ia lawan sendiri
Di saat dunia menekannya, dalam diam yang sunyi
Aku mendengar kekalutan dalam napasnya yang berat
Disembunyikan, ia jaga dengan hebat
Banyak yang tak terkatakan
Seperti rahasia yang ia simpan dalam genggaman
Seperti beban yang tak ingin dibagi
Entah takut membebani, atau aku belum dipercayai
Padahal aku ingin sekali merengkuhnya
Mengurai benang-benang kusut di hatinya
Atau hanya menjadi tempat ia beristirahat
Berbisik sembari memberi pelukan hangat
"kepalamu nampak berat, sandarkan pada kasihmu"
"lepaskan, hempaskan, serahkan beban itu padaku"
Namun ia adalah angin yang sulit kurengkuh
Terbang dari satu beban ke beban lain
Dengan senyum yang sesekali hilang
Dan mata yang tak mau menangis di hadapan
Aku mencintainya, meski ia berlari sendiri dalam kepayahan
Mencoba kuat di atas penderitaan
Aku hanya berharap, kelak ia tahu
Bahwa bahunya tak perlu selalu menanggung
Karena di sini, di sisimu
Ada hati yang siap menampung
Gemuruh riuh, dentang tak berdengung
Tiap patah dan retakmu yang tak terhubung
Padaku, kasihmu
Di sini, di sisimu
Kalam Awam
Yogyakarta, 14 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H