Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Bunuh Diri? Bukan Solusi!

24 Januari 2019   13:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   13:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang melakukan percobaan bunuh diri menganggap bunuh diri adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Beberapa kasus bunuh diri yang terjadi tak lain karna tiga faktor diatas. Dimana kalangan remaja bisa saja melakukan aksi bunuh diri karna kasus bullying, seorang suami bunuh diri karna tak sanggup membiayai keluarganya, dan seorang mahasiswa tingkat akhir bunuh diri karna tak sangup menyelesaikan skripsi.

Sasa seorang mahasiswa semester 3 di salah satu perguruan tinggi swasta Jakarta, bercerita tentang pengalamannya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 2 kali.  Penyadang MDD alias Major Depressive Disorder, tak malu menceritakannya. Menurut Sasa masyarakat Indonesia perlu pengetahuan dan edukasi tentang mental health, karna penyebab angka bunuh diri masih tinggi disebabkan oleh lingkungan yan tidak menerima seseorang dengan mental issue.

Pengalaman masa lalu yang pahit serta tekanan yang terus menimpa bersamaan dengan MDD yang ia derita, membuat otaknya terus berisik kata-kata "Sasa meninggal, Sasa meninggal" berunglang-ulang kali. Membuatnya tanpa sadar melakukan percobaan bunuh diri. Sempat bercerita tentang kondisi yang di alami kepada mama, namun tidak di respon dengan baik dan tidak terima membuatnya sedikit putus asa.

Namun keinginan Sasa untuk sehat dan menjadi normal kembali tak pernah padam. Melalui metode menghilang dari sosial media dan menyendiri untuk menenangkan diri sementara waktu, akhirnya Sasa memutuskan untuk berobat ke salah satu piskolog untuk memerikasa kondisinya. Sekarang Sasa sudah bisa lebih mengontol dirinya sendiri, dengan bantuan obat yang diberi oleh dokter dan mengikuti banyak aktifitas untuk mengalihkan bisikan yang terus bersuara di otaknya.

Lain halnya dengan Caca, dia seorang gadis berusia 19 tahun mencoba bunuh diri karna latar belakang keluarganya. Dari kecil Caca hidup dengan nenek dan ibunya, sampai usia 5tahun ternyata ayah yang tak pernah dilihat dinyatakan meninggal dunia akibat sakit yang di derita. Permasalahan baru saja muncul ketika keluarga besarnya selalu memojokkan Caca, tak pernah di angap ada dan tak pernah di perlakukan baik.

Semasa smp Caca mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari temannya, di bully dan tak dianggap sudah menjadi makananya sehari-hari. Sampai suatu hari teman smp Caca datang ke rumah dan mengotori seisi rumahnya, pulang begitu saja tanpa mempedulikan rumah yang telah mereka kotori.  Pelecehan sexual juga pernah di alami olehnya, dengan sepupu sendiri.

Karna berbagai faktor itu Caca memutuskan melakukan aksi bunuh diri dengan cara meminum racun. Merasa sendiri dan tidak ada yang bisa menjadi tempat berbagi cerita membuat ia ingin mengakhiri hidup. Namun aksi bunuh dirinya gagal, dan ia memilih untuk melukai diri sendiri (self injury) dengan cara menyelet paha dengan silet.

Waktu berlalu dan dia menyadari perbuatannya tidak benar, ia mulai menceritakan self injury yang ia lakukan kepada sang mama. Respon yang di berikan sangat baik membuat hubungan mereka sebagai ibu dan anak menjadi dekat dari sebelumnya. Aksi bunuh diri berusaha dihilangkan dari pikiran Caca, ia menemukan batterfly project metode untuk membantu menahan dorongan melukai diri sendiri. 

Kuesioner yang di lakukan sebagai salah satu metode survey menghasilkan data berikut; kalangan remaja usia 18 - 25 tahun sering mendengar kasus bunuh diri di Indonesia, dan dari 65 .4 % mengangap bunuh diri bukan hal yang menganggu pikirian mereka. Namun jika di tanya bunuh diri untuk solusi menyelesaikan masalah, mereka tidak setuju. 

Teman di sekitar kita rata-rata tidak pernah bercerita tentang keinginannya untuk bunuh diri. Mereka yang ingin bunuh diri juga tidak berani bercerita karna merasa malu. Alasan ini terjadi karna masyarakat Indonesia menganggap orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri adalah orang yang tidak dekat dengan tuhan, mereka yang memiliki banyak masalah tidak memiliki siapapun untuk cerita, keluara broken home, dan lain lain. Membuat orang tersebut tidak memiliki harapan untuk hidup.  

Pada akhirnya teman-teman yang bisa berbagai cerita kepada orang lain tentang dirinya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri ialah orang yang sangat beruntung. Karna masih di beri kesempatan untuk hidup, untuk memaknai kehidupan dalam hal positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun