"Ini mirip cerita di film-film" ujar Wahyu Wa'u yang baru angkat bicara.
Memang benar, kita bagai hidup di negeri dongeng. Penuh sandiwara dengan skenario sekelas film-film box office Hollywood. Dalam hal ini; rakyat menjadi boneka tali yang diatur ruang geraknya oleh para pengusaha dan penguasa sebagai dalangnya. Sementara menurut Essais Tandi Skober; mereka adalah kanibal akan darah rakyat yang direguk dari sungai politik dan kekuasaan. Janganlah ditanya tentang issue dari akibat pencemaran lingkungan yang esok hari bisa membuat warga setempat ngantri di puskesmas kecamatan dan bidan desa karena pernafasannya sesak dan janinnya lahir prematur lantaran air bumi tanah sudah sangat kotor penuh racun; toh pihak terkait yang mempunyai lingkup dalam lingkungan hidup yang diikrar di bawah kitab suci pun tiba-tiba semerta angkat tangan.
"Rakyat terluka. Rakyat makin terluka." ucap Kang Pepen menutup obrolan Uang Bau siang ini. Dan sekali lagi; untuk ke-tiga kalinya, Kang Pepen meneguk habis sebotol minuman dingin merk Au Ah Gelap yang kini menggenang bersama serpihan kacang asin di lambungnya yang sudah sangat kembung.
Kang Pepen terus berjuang, meski kini tanpa disangka; namanya tercatat sebagai salah satu terdakwa atas tuntutan Tuan Anu-anu. Dan pertanggal 24 November 2011; Kang Pepen tengah mengajukan memori banding atas kasus ini di Pengadilan Tinggi Ho Ho Ho.
"Saya gak takut Kang. Selamanya akan terus berjuang"
Benar atau tidaknya; asli atau palsunya surat tuntutan warga tersebut; tidak menyurutkan langkah Kang Pepen dan semua warganya untuk terus melawan tirani yang membentang di benteng kokoh sebuah rezim yang dzolim.
Drama dari kehidupan nyata ini semestinya menjadi tamparan keras dan catatan tersendiri yang harus terbingkai abadi di ruang kalbu terdalam semua pihak; baik Pemerintah, Wakil Rakyat, Aktivis, Mahasiswa, Lembaga Sosial Kemasyarakatan, Media termasuk seluruh rakyat Indonesia. Bahwa di salah satu pojok negeri, tengah berdiri seorang anak bangsa bernama Kang Pepen dan hak-hak warga yang tergadaikan di ruang hitam firman-firman sesat hamba setan yang dipertuhankan. Dan semoga; kisah pilu ini didengar oleh hati nurani semua hamba yang merindukan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang tersirat dalam kalimah suci Tuhan dan falsafah murni bangsa. Atau; akankah kita hanya diam menonton dan berpangku tangan.
.
.
. Kere Gemple Rakyat Perbatasan
ARIJAKA 03012012